Konsumsi Air Terkontaminasi

Sumber:Kompas - 21 Maret 2006
Kategori:Air Minum
Jakarta, Kompas - Persoalan air bersih sampai saat ini masih menjadi kendala terbesar dalam peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Sedikitnya 100 juta rakyat Indonesia sampai sekarang masih kesulitan mengakses air bersih, dan sekitar 70 persen dari total penduduk Indonesia masih mengonsumsi air yang terkontaminasi.

Ini menunjukkan masih banyak penduduk yang belum bisa mengakses sumber air bersih yang benar-benar terjamin kualitasnya. Kerusakan di hulu sungai, mengakibatkan semakin banyak sungai yang tercemar, dan banyaknya warga menggunakan sumur dangkal menyebabkan 70 persen penduduk Indonesia mengonsumsi air yang berpotensi terkontaminasi, kata Trigiani, Spesialis Program Pelayanan Lingkungan USAID di Bekasi, Senin (20/3).

Rehabilitasi sumur

Karena itu, dalam Program Cinta Air yang dimotori Yayasan Coca Cola Indonesia, USAID berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mau mengonservasi sumber airnya mulai hulu hingga ke hilir.

Program bernilai 250.000 dollar Amerika Serikat ini juga akan merehabilitasi sumur-sumur dangkal warga di Bekasi yang jaraknya kurang 10 meter dari septic tank.

Tanpa menyebut data terinci, Trigiani mengklaim, potensi pencemaran sumber air masyarakat masih tinggi di Indonesia. Terbukti, air sungai di kawasan Jakarta dan Bekasi sudah tidak bisa lagi dikonsumsi begitu saja, tanpa proses pengolahan yang sesuai standar kesehatan.

Kondisi ini menyebabkan akses masyarakat terhadap sumber air bersih semakin terbatas. Akibatnya, wabah diare menjadi penyebab kematian terbesar kedua bagi anak usia di bawah lima tahun, yaitu lebih dari 100.000 orang per tahun.

Kompas mencatat beberapa sungai yang sudah tercemar dan sulit dijadikan sumber air bersih tanpa pengolahan yang sesuai standar kesehatan di Indonesia. Di antaranya, Sungai Citarum (Kali Malang/Bekasi), Sungai Siak; Riau, Sungai Belawan; Medan, Sungai Ciliwung; Jakarta, dan Sungai Musi; Palembang.

Banyaknya industri dan warga yang berada di daerah aliran sungai turut memengaruhi tingkat pencemaran di sana. Padahal, warga kota lainnya justru menggantungkan pasokan air bersihnya dari aliran sungai tersebut melalui perusahaan pengolahan air minum setempat.

Menurut Trigiani, pengelolaan sumber air yang terpadu, dibutuhkan untuk menjamin pasokan air bersih bagi masyarakat. Karena itu, dibutuhkan sosialisasi yang berkesinambungan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga sumber mata air di sekitarnya.

Sementara itu, Ketua Yayasan Coca Cola Indonesia, Mudijanto, menjelaskan, Program Cinta Air sangat relevan untuk masyarakat Bekasi dan sekitarnya. Program ini bertujuan menjaga pasokan air bersih bagi masyarakat dan industri air. Untuk tahap awal kami mengonsentrasikan program ini di kawasan Bekasi. Selanjutnya baru ke daerah lain, kata Mudijanto. (ham)

Post Date : 21 Maret 2006