JAKARTA: Pemprov DKI akhirnya menerima tawaran kerja sama dari Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk memperbaiki layanan air minum di Ibu Kota.
Gubernur DKI Fauzi Bowo menyatakan tawaran Jepang itu diterima karena persoalan layanan air minum di Ibu Kota memang membutuhkan penanganan yang sistematis yang berdimensi jangka panjang, dengan dukungan dana yang kuat.
"Perincian teknis kerja sama itu akan dirumuskan dalam pertemuan di Yokohama, Jepang, tahun depan. Dalam pertemuan itu juga akan hadir sejumlah pemerintah kota dan negara lain," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Gubernur menjelaskan agenda utama yang akan dibahas DKI-JICA dalam pertemuan itu adalah konsesi kerja sama DKI dengan operator swasta air minumnya, yaitu PT Aetra Air Jakarta (Aetra) dan PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja).
Agenda itu menjadi pokok pembahasan utama karena kerja sama dengan Aetra dan Palyja tersebut menjadi titik pijak pencapaian layanan air minum di Jakarta. Gubernur berharap dari pembahasan itu muncul kerangka untuk mengkaji ulang kerja sama tersebut.
Tawaran kerja sama peningkatan kualitas layanan air minum sebelumnya disampaikan Special Senior Advisor JICA Hashimoto Kazushi kepada Gubernur DKI Fauzi Bowo dalam pertemuan di Balai Kota beberapa waktu lalu. (Bisnis, 22 Januari)
Hashimoto mengatakan kerja sama itu diajukan karena hasil studi JICA pada Oktober 2008 dan Januari 2009 menunjukkan kualitas air bersih dan tingkat pencurian air (non-revenue water) atau uncounted for water di Jakarta masih sangat tinggi.
Selain itu, kinerja operator air di Jakarta, yakni Palyja dan Aetra masih diukur dengan 10 indikator kinerja. Dia menilai ukurang ini terlalu longgar karena di Jepang, penilaian operator air minum didasarkan pada 137 indikator.
Hashimoto menegaskan dengan kerja sama itu diharapkan tingkat kebocoran air bisa ditekan seminimal mungkin, seperti kerja sama yang pernah diterapkan JICA di Manila yang tingkat kebocoran airnya mampu ditekan menjadi 25% dari semula 60%.
Menurut gubernur, riset JICA itu mengonfirmasi kualitas air minum di Jakarta belum memadai. Karena itu, diharapkan JICA akan meningkatkan kualitas layanan air minum seperti di Manila.
Pinjaman baru
Gubernur yakin penambahan indikator kinerja kepada operator air minum itu akan bekerja meningkatkan kualitas layanan air minum di Jakarta, sehingga bisa sesuai dengan kaidah seperi yang sudah diatur dalam Internasional Standard Organization (ISO).
"Tentu saja dengan niat JICA untuk membahas permasalahan ini, bakal ada peluang bantuan pinjaman yang akan diberikan kepada DKI. Tapi pembicaraan mengenai pinjaman itu masih jauh, kami akan ikut dulu pertemuannya," kata Fauzi.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Budi Widiantoro mengatakan kerja sama yang dilakukan JICA tersebut kemungkinan akan dilakukan bersamaan dengan beberapa negara lain seperti Manila, India, Pakistan, Kamboja, Philipina, Vietnam, dan Srilanka.
"Otoritas dari negara-negara itu juga dijadwalkan hadir dalam pertemuan di Yokohama. Kami juga berharap, paling tidak secara bertahap kualitas pelayanan air minum di Jakarta bisa terus meningkat dan tidak kalah dengan negara-negara lain," katanya.
Budi menambahkan dalam peningkatan kualitas itu menjadi pentingka karena layanan sistem tata air di DKI masih belum memuaskan. Pasalnya, dia mencontohkan, masih banyak wilayah yang belum terlayani air minum secara merata.
"Jadi bukan sistem tata airnya yang akan dibahas dan ditingkatkan, tapi pelayanannya pada warga, terutama dari sisi wilayah jangkauan. Ini yang kami kerjakan." Mia Chitra Dinisari
Post Date : 08 September 2009
|