|
Nusa Dua, Bali - Konferensi PBB mengenai Perubahan Iklim yang berlangsung di Nusa Dua Bali, mencapai antiklimaks. Konferensi yang berlangusng sejak 3 Desember dan mestinya berakhir Jumat 14 Desember 2007 pukul 18.00 Wita, hingga tengah malam masih belum mencapai kesepakatan. Semula pertemuan yang diiikuti 9.575 peserta dari 185 negara ini bisa menghasilkan sejumlah kesepakatan untuk menanggulangi perubahan iklim global. Kesepakatan ini direncanakan bisa dihasilkan dalam bentuk dokumen yang dinamakan Bali Road Map atau Peta Jalan Bali. Sekretaris Eksekutif Konvensi Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) Yvo de Boer, semalam, menyatakan, kesepakatan telah dicapai di bidang alih energi, yakni membuat mekanisme baru yang memungkinkan penilaian kebutuhan energi negara-negara berkembang. Adapun soal alih teknologi ramah lingkungan, adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta kewajiban menurunkan emisi yang diwujudkan secara konkret dalam bentuk angka, belum mencapai kesepakatan. Untuk mengatasi ketidaksepakatan ini, telah dibentuk dua tim kecil yang akan menyelesaikan persoalan-persoalan yang masih belum disepakati. Kedua tim itu diminta melaporkan hasilnya kepada presiden tingkat menteri, yaitu Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirajuda, pada Jumat tengah malam. Menlu Hassan juga mengakui proses menuju tercapainya kesepakatan memang tidak mudah. Pada pertemuan sehari sebelumnya, Kamis (13/12), pertemuan terpaksa dilakukan sampai pukul 03.30, Jumat (14/12). "Persoalannya tidak hanya pada adanya perbedaan dan posisi antara negara-negara berkembang. Tetapi, kita tahu Eropa punya pandangan cukup maju di satu pihak, sedangkan AS sejak awal tidak ingin punya komitmen," ungkap Menlu Hassan Wirajuda. Juru bicara sekaligus koordinator Kelompok 77 yang mewakili 130 negara sedang berkembang, Munir Akram dari Pakistan, mengungkapkan, ada perbedaan signifikan antara negara berkembang dan segelintir negara maju, terkait dengan upaya dan tujuan mitigasi. "Negosiasi ini tampaknya akan berlangsung sedikitnya untuk beberapa jam lagi, untuk mencapai kesepakatan. Pada akhirnya kami harapkan ada kompromi," tegas Akram. Dua kelompok kecil Yvo de Boer menjelaskan, dua kelompok yang dibentuk tersebut adalah kelompok yang menegosiasikan masalah adaptasi, alih teknologi dan pendanaan, serta kelompok yang membahas paragraf pembukaan, serta mitigasi. Perundingan paling alot ada di kelompok kedua, yaitu mengenai paragraf pembukaan dan mitigasi, yang juga akan berpengaruh terhadap elemen-elemen penting lainnya, yaitu adaptasi, alih teknologi dan pendanaan. Hal yang menjadi masalah, menurut Yvo, adalah bagaimana merumuskan peran negara-negara berkembang, serta bagaimana merumuskan target pengurangan emisi sebagaimana direkomendasikan dari hasil temuan ke-empat Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC). (OKI/ISW) Post Date : 15 Desember 2007 |