|
Sungai-sungai di Jakarta yang seharusnya bisa menjadi sumber penghidupan warga kota berada dalam kondisi sangat memprihatinkan. Selain tercemar limbah industri dan limbah domestik, banyak badan sungai yang menyempit, mengalami pendangkalan, ditimbun untuk kepentingan bisnis, atau berubah menjadi riol tertutup. Di Kelurahan Tanjung Duren, misalnya, anak Sungai Sekertaris sebagian ditutup warga untuk mendirikan bangunan. Padahal, anak sungai itu berfungsi mengalirkan limpahan air hujan ke waduk Tomang Barat. Warga mendirikan rumah dua lantai di atas anak sungai yang sudah ditutup beton. Contoh lain, Sungai Ciliwung yang mengalir di sepanjang Jalan Pancoran juga sudah tidak ada lagi. Menurut warga, kemungkinan sungai yang dulu membentang dari timur ke barat itu sudah berubah menjadi riol tertutup. Sungai-sungai yang masih berkelok-kelok di tengah Kota Jakarta bisa dikatakan lebih mirip got karena sering tercium bau busuk menyengat. Sungai Grogol yang melintasi depan Mal Citraland, misalnya, sering terlihat berwarna hitam dan berbau busuk. Suku Dinas PU Tata Air Jakarta Barat mengungkapkan, banyak terjadi pendangkalan sungai dan waduk. Di Kelurahan Kapuk, terjadi pendangkalan Kali Apuran. Selain mengalami pendangkalan, sebagian Kali Apuran yang seharusnya 14 meter (di Kelurahan Kapuk) hanya tinggal dua meter saja. Selama ini Suku Dinas PU Tata Air kesulitan melakukan pengerukan lumpur di Kali Apuran dengan alat berat karena bantarannya sudah dikuasai bangunan. Di Kelurahan Kedaung Kaliangke, pendangkalan dan penyempitan juga menjadi faktor utama penyebab banjir. Upaya yang telah dilakukan adalah membuat saluran penghubung di sepanjang Jalan Daan Mogot, normalisasi, dan perbaikan Kali Angke. Di sejumlah daerah rawan banjir juga telah dibuat waduk dengan sistem polder. (IND) Post Date : 19 Agustus 2004 |