|
Jakarta, Kompas - Kerugian akibat sanitasi buruk diperhitungkan mencapai Rp 56 triliun per tahun. Kerugian ekonomi ini, antara lain, dipicu 90 juta kasus diare per tahun dan 23.000 kematian per tahun akibat diare. Demikian dikatakan Regional Communications Specialist World Bank’s Water and Sanitation Program for East Asia and Pacific, Yosa Yuliarsa, Kamis (18/12), dalam seminar ”Sanitasi, Air, dan Kesejahteraan Masyarakat” di Jakarta. ”Kondisi itu juga menyebabkan 120 juta kasus berbagai penyakit, terutama diare, dan 50.000 kematian dini per tahun,” kata Dirjen Cipta Karya Budi Yuwono dalam sambutan tertulis. Direktur Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Wan Alkadri menambahkan, sebagian besar penyakit menular terjadi karena buruknya kesehatan lingkungan. ”Penyakit menular penyebab kematian anak balita; diare 25,2 persen dan pneumonia 22,5 persen,” ujarnya. Saat ini 2,6 miliar manusia di dunia tak punya akses ke prasarana sanitasi yang baik sehingga jutaan anak meninggal tiap tahun karena penyakit yang sebenarnya bisa dicegah. Yosa menambahkan, sekitar 45 persen penduduk Indonesia tidak mempunyai akses pada sarana sanitasi yang memadai. Dia menunjukkan data, sekitar 88 persen penduduk Jakarta telah mempunyai akses ke sanitasi, tetapi sekitar setengah penduduk Papua dan Maluku tak mempunyai akses sama sekali. Pelayanan sanitasi di kota-kota besar di Indonesia juga masih rendah. Pelayanan dengan sistem terpusat atau off-site baru mencapai total 2,33 persen penduduk di kota besar, sedangkan perumahan menengah ke atas membuat sistem sanitasi tersendiri yang memperburuk kualitas air tanah. (EVY/RYO) Post Date : 19 Desember 2008 |