|
Bandung, Kompas - Kondisi air tanah di Cekungan Bandung kian memprihatinkan. Meskipun masih bisa dimanfaatkan, tetapi debit penggunaannya harus terus dibatasi. Selain itu, pembangunan ekonomi yang dijalankan pemerintah pun harus tetap memerhatikan aspek pelestarian alam. Ini dikemukakan oleh Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Jawa Barat Rudi Mahmud Zafrullah, Senin (19/12). Kini air tanah di Cekungan Bandung banyak dimanfaatkan untuk keperluan industri, perniagaan, dan apartemen. Akibatnya, pasokan air tanah di Kota Bandung, misalnya, sudah kritis. Misalnya di kawasan Bandung Utara, papar Rudi. Sementara Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Jawa Barat Ismail Hasjim menambahkan, Sekarang air tanah sangat diandalkan untuk kegiatan perekonomian. Padahal, prioritas penggunaan air tanah ialah untuk pemakaian rumah tangga. Ini terjadi karena Perusahaan Daerah Air Minum tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan industri, sementara pasokan air permukaan terbatas dan sudah banyak yang tercemar. Dikemukakan Ismail, berdasarkan data dari Direktorat Tata Lingkungan dan Kawasan Pertambangan, penurunan muka air tanah di beberapa lokasi berkisar 0,32-5,12 meter per tahun. Sejak tahun 1996-2000, amblesan tanah yang terjadi berkisar 2,1-21,1 sentimeter per tahun. Kepala Seksi Eksplorasi, Dinas Pertambangan dan Energi Jawa Barat Achmad Fadillah mengatakan, saat krisis moneter terjadi, muka air tanah sempat naik sekitar 2 meter. Banyak pabrik berhenti produksi hingga penggunaan air tanah berkurang. (d11) Post Date : 20 Desember 2005 |