[BOGOR] Komitmen pemerintah daerah (Pemda) untuk mengelola sampah dinilai masih rendah. Akibatnya, banyak persoalan yang acap kali muncul ke permukaan. Mulai dari persoalan teknologi pengolahan sampah hingga kerentanan terjadinya gejolak sosial.
"Mengelola sampah dibutuhkan komitmen kuat mulai dari pemda hingga ke tingkat akar rumput. Gejolak sosial yang kerap muncul dalam pengelolaan sampah merupakan ekses dari rendahnya komitmen tersebut," kata salah se-orang konseptor Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Cipayung, Depok, Jawa Barat, Mulyo Handono, seusai mempertahankan disertasinya yang berjudul "Model Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah secara Berkelanjutan di TPA Cipayung, Depok, Jawa Barat," di Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Jawa Barat, Jumat (29/5).
TPA Cipayung merupakan model percontohan TPA terbaik se-Jabodetabek. Bank Dunia (World Bank) menunjuk TPA Cipayung sebagai tempat percontohan TPA se-Jabotabek. TPA yang memiliki luas sekitar 9,1 ha ini dimasukkan dalam proyek Western Java Environmental Management Program (WEJMP), karena dianggap bagus dalam pengelolaannya. "TPA Cipayung dijadikan proyek demonstration landfill untuk TPA-TPA yang ada di wilayah Jabotabek," katanya.
Dia mengatakan, sampai saat ini belum satu pun TPA di Indonesia yang benar-benar menerapkan sistem sanitary landfill. "Umumnya hanya open dumping. Sampah dibiarkan menggunung di TPA, tanpa kontrol yang ketat. Idealnya memang menggunakan sistem sanitary landfill," katanya.
Terbaik
TPA Cipayung, katanya, menerapkan model controlling landfill dalam pengelolaan sampah. "Sampah harus bisa menyejahterakan masyarakat, khususnya masyarakat sekitar. Pada tahun 2010, dengan pengelolaan yang benar maka tidak ada lagi ampas sampah yang terbuang. Semuanya akan dimanfaatkan," katanya.
Saat TPA Cipayung dibuat pada 1992, manajemen pengelolaannya masih sederhana. "Artinya, hanya untuk mengelola sampah saja. Belum memperhatikan aspek sosial dan ekonomis. Akhirnya, muncullah gejolak so- sial," katanya.
Bahkan, lanjutnya, Depok pernah disebut sebagai kota sampah. "Tapi secara perlahan, konsep pengelolaannya mulai diubah. Artinya, mulai melibatkan masyarakat, memperketat pengawasan pengolahannya dan berkelanjutan, Kini, dengan program unit pengolahan sampah (UPS) yang ada di setiap kelurahan, TPA Cipayung dijadikan model percontohan TPA," katanya. [W-12]
Post Date : 30 Mei 2009
|