|
BATU - Pemanfaatan pompa air tenaga surya tak lama lagi bisa segera dimanfaatkan warga Kota Batu. Tiga bangunan instalasi pompa air yang digerakkan oleh sinar matahari itu sudah tuntas pembangunannya. Bahkan, saat diuji coba siang kemarin, ketiga peralatan senilai Rp 2 miliar itu juga sudah bisa segera dimanfaatkan. Begitu tombol saklar dinyalakan, air langsung muncrat. Seperti halnya terlihat pada salah satu instalasi pompa air tenaga surya di Dusun Santrean, Desa Sumberejo, Kecamatan Bumiaji. "Alhamdulillah tidak ada masalah. Sekarang tinggal memanfaatkan saja," kata Kepala Dinas Pertanian Pemkot Batu Hendro Prasetyo, siang kemarin. Air yang keluar memang belum jernih karena sisa-sisa pengeboran tanah. Menurut dia, kondisi itu tidak akan berjalan lama. Karena semakin sering dikeluarkan, dengan sendirinya air akan kembali jernih. Menurut dia, yang perlu mendapatkan penanganan adalah perlindungan pada peralatan solar cell atau lapisan penangkap terik matahari yang diubah menjadi energi penggerak dinamo. Pelindungnya terlalu pendek dan tidak ada pelindung di atas perangkat tersebut. "Ini yang perlu dipikirkan, karena cukup rawan terhadap kerusakan," kata mantan kepala Dinas Sumber Daya Air dan Energi (SDAE) ini. Hendro menyebutkan, tiga unit instalasi pompa air tenaga surya itu merupakan kegiatan anggaran 2008 di Dinas SDAE. Bangunan tersebut merupakan bantuan dari pemerintah pusat melalui Departemen Pekerjaan Umum (DPU). Bantuan itu masing-masing senilai Rp 650 juta dengan dana pendamping Rp 80 juta dan dua unit masing-masing Rp 75 juta. Ketiga instalasi tersebut menyebar di tiga titik. Yakni, Dusun Srebet, Desa Sumberejeo, (Bumiaji), Dusun Santrean, Kelurahan Pesanggrahan (Batu), dan Kelurahan Sisir (Batu). Pompa air itu sedikitnya bisa dimanfaatkan 380 kepala keluarga di masing-masing wilayah. Intalasi di Dusun Srebet untuk 200 KK, Dusun Santrean dan Kelurahan Sisir masing-masing untuk 90 KK. Hendro menambahkan, pengadaan pompa air energi surya itu untuk membantu warga Kota Batu yang masing kesulitan mendapatkan air bersih. Karena jaringan air PDAM (perusahaan daerah air minum) belum masuk ke kawasan tersebut. Untuk pemanfaatannya akan diserahkan pada masyarakat melalui HIPPAM (himpunan petani pengguna air minum) yang ada di masing-masing desa. (yak/war) Post Date : 22 Januari 2009 |