Kinerja Operator Air Disorot

Sumber:Koran Sindo - 19 Mei 2010
Kategori:Air Minum

JAKARTA(SI) – Krisis air bersih yang terjadi selama sepekan beberapa waktu lalu mendapat perhatian serius dari DPRD DKI Jakarta.Para wakil rakyat tidak ingin kasus tersebut terulang di kemudian hari.

Sebab, setiap terjadi krisis air, pelanggan yang menjadi korban dan mereka tidak mendapat kompensasi apapun. Anggota Fraksi Partai Demokrat DPRD Jakarta DKI,Ahmad Husein Alaydrus, mengatakan operator seharusnya meningkatkan kualitas pelayanan, bukan sebaliknya. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan tersebut operator harus tetap mengikuti kaidah yang berlaku. Secara khusus, Husein menyoroti kinerja PT Pam Lyonnaise Jaya (Palyja) yang melayani distribusi air bersih untuk wilayah Jakarta bagian selatan dan barat. Selain krisis air bersih yang terjadi beberapa waktu lalu,warga Jakarta Barat juga mengeluhkan kualitas pasokan air yang di bawah standar. Salah satu penyebab, diduga karena kualitas pipa yang dipasang di bawah standar.

”Kami mendapat keluhan dari konstituen (Jakarta Barat). Kami harap pipa yang digunakan berkualitas,” ujar Husein di Gedung DPRD DKI Jakarta,kemarin. Menurut dia, pengadaan pipa harus memerhatikan aspek kualitas. Selain itu, pelaksanaannya harus dilakukan melalui tender terbuka sehingga diperoleh rekanan yang benar-benar memenuhi kualifikasi. Dengan demikian, praktik kongkalikong dalam pengadaan pipa bisa diminimalisasi. Selain itu,warga merasa aman menggunakan air bersih jika kualitas infrastruktur yang digunakan terjamin. ”Warga harus bisa melakukan pemantauan atas barang yang dibelinya. Jangan ditutuptutupi, buka seluas mungkin akses warga dalam pengelolaan air di Jakarta,” tandas anggota Badan Legislasi Daerah (Balegda) ini.

Sementara itu, dari informasi yang dihimpun menyebutkan, tersendatnya pasokan air di wilayah Jakarta Barat selain karena terjadi kerusakan di Waduk Jatiluhur,kualitas pipa yang digunakan diduga di bawah standar sehingga belum layak konsumsi. Bahkan, proses pengadaan pipa oleh PT Palyja ditengarai menyalahi aturan. Ketua Fraksi Partai Golkar Prya Ramadhani mengingatkan dua operator, yakni PT Palyja dan PT Aetra Air Jakarta mengantisipasi terjadinya krisis di masa mendatang. Selama ini,distribusi air di Ibu Kota dibagi menjadi dua area.PT Palyja mendistribusikan untuk wilayah Jakarta bagian selatan dan barat. Sementara PT Aetra Air Jakarta mendistribusikan air untuk wilayah Jakarta bagian timur dan utara. Menurut Prya, setiap terjadi krisis air, operator selalu saja mencari kambing hitam.Bahkan,mereka terkesan tidak pernah mau mengakui kesalahannya.

”Hal ini jelas tidak sehat,sebab kalau terus mencari kambing hitam sulit melakukan perbaikan internal,”bebernya. Dia mengingatkan pelayanan air bersih tak sesuai dengan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang dibuat tahun 1998. Dalam PKS disebutkan bahwa operator bersedia menyediakan air bersih layak konsumsi. Namun,hingga sekarang target tersebut belum terealisasi. ”Jangankan layak konsumsi, lha wong ini airnya jarang ada,”sindirnya. Prya setuju dengan usulan agar Banjir Kanal Timur (BKT) dijadikan sumber air baku cadangan.Menurut dia,operator tinggal melakukan kajian untuk melihat peluang usulan tersebut.”Jika ada air baku cadangan, tak ada alasan lagi untuk mengelak,”ungkapnya. Kepala Humas Palyja Meyritha Maryanie membantah menggunakan pipa berkualitas rendah.

Menurut dia, kualitas pipa yang dipasang sudah sesuai standar. Menurut dia, untuk perusahaan sebesar Palyja tidak mungkin menyalahi standar yang telah ditentukan. ”Kami perusahaan yang mengelola Terusan Suez. Mana mungkin kami menggunakan pipa yang berkualitas rendah,”ujarnya. Menurut dia, yang menjadi masalah sekarang ini bukanlah sambungan baru,tapi sambungan lama yang sudah berumur puluhan tahun. Karena termakan usia,banyak pipa berkarat dan kotor.”Sehingga air yang pada proses produksi sudah siap minum ketika di pelanggan kualitasnya menurun,”belanya. Presiden Direktur PT Aetra Air Jakarta Sjahril Japarin membenarkan pipa yang sudah berusia puluhan tahun turut berpengaruh terhadap kualitas air bersih.Menurut dia, air yang diproduksi sudah layak konsumsi.

”Air baku diolah di Instalasi Pengolahan Air (IPA) sesuai standar kelayakan. Saat air diproduksi di IPA, seluruh kuman dimusnahkan,”paparnya. Mengenai kualitas air yang diterima pelanggan, Sjahril tidak menjamin bisa layak konsumsi, seperti ketika diproduksi. Sebab, kualitas air yang tiba ke pelanggan bergantung dari kondisi pipa. ”Banyak pipa yang sudah dipasang sejak bertahun-tahun sebelum kami masuk.Pipa yang sudah terpasang sejak lama juga berpengaruh terhadap kualitas air,”tandasnya. Sjahril menjelaskan,saat distribusi air bersih untuk wilayah Jakarta bagian Timur dan Utara diambil alih PT Aetra Air Jakarta, panjang pipa yang sudah terpasang sepanjang 4.400 kilometer.

Saat ini, panjang pipa yang dikelola PT Aetra Air Jakarta sepanjang 5.761 kilometer. Artinya ada penambahan pipa sepanjang 1.300 kilometer. ”Kalau mau terjamin hingga pelanggan, maka pipa-pipa yang sudah lama harus juga diganti,”paparnya. (ahmad baidowi)



Post Date : 19 Mei 2010