DPRD DKI mempertanyakan kinerja operator air, karena banyak masyarakat yang melapor ke dewan kualitas air di bawah standar dan cenderung keruh bahkan berbau. Hal itu diduga karena kualitas pipa yang digunakan di bawah standar.
Ketua Fraksi Partai Golkar Prya Ramadhani mengatakan, pengadaan pipa harus memerhatikan aspek kualitas. Selain itu, pelaksanaannya dilakukan melalui tender terbuka sehingga diperoleh rekanan yang benar-benar memenuhi kualifikasi. "Praktik kongkalikong dalam pengadaan pipa harus dihilangkan. Selain itu, warga merasa aman menggunakan air bersih jika kualitas infrastruktur yang digunakan terjamin," katanya, Selasa (18/5).
Tersendatnya pasokan air di wilayah Jakarta Barat diduga selain karena kerusakan di Waduk Jatiluhur, juga karena kualitas pipa di bawah standar sehingga belum layak konsumsi. Bahkan, proses pengadaan pipa oleh PT Palyja ditengarai menyalahi aturan.
Menurut Prya, setiap terjadi krisis air, operator selalu saja mencari kambing hitam. Bahkan, mereka terkesan tidak pernah mau mengakui kesalahannya. "Hal ini jelas tidak sehat, sebab kalau terus mencari kambing hitam sulit melakukan perbaikan internal," katanya.
Pelayanan air bersih tak sesuai dengan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang dibuat pada 1998. Dalam PKS disebutkan operator bersedia menyediakan air bersih layak konsumsi. Namun, hingga sekarang target tersebut belum terealisasi. Pihaknya setuju dengan usulan agar Banjir Kanal Timur (BKT) dijadikan sumber air baku cadangan.
Operator tinggal melakukan kajian untuk melihat peluang usulan tersebut. "Jika ada air baku cadangan, maka tak ada alasan lagi untuk mengelak," katanya. Presiden Direktur PT Aetra Air Jakarta Sjahril Japarin membenarkan pipa yang sudah berusia puluhan tahun turut berpengaruh terhadap kualitas air bersih.
Air yang diproduksi sudah layak konsumsi. Air baku diolah di Instalasi Pengolahan Air (IPA) sesuai standar kelayakan. Saat air diproduksi di IPA, seluruh kuman dimusnahkan. Mengenai kualitas air yang diterima pelanggan, Sjahril tidak menjamin bisa layak konsumsi seperti ketika diproduksi. Sebab, kualitas air yang tiba ke pelanggan bergantung dari kondisi pipa.
"Banyak pipa yang sudah dipasang sejak bertahun-tahun sebelum kami masuk. Pipa yang sudah terpasang sejak lama juga berpengaruh terhadap kualitas air," katanya. Kepala Humas Palyja Meyritha Maryanie membantah adanya pipa berkualitas rendah yang digunakan dalam sambungan pipa.
Kualitas pipa Palyja sudah sesuai standar. Untuk perusahaan sebesar Palyja tidak mungkin menyalahi standar yang telah ditentukan. "Kami perusahaan yang mengelola Terusan Suez. Mana mungkin kami menggunakan pipa yang berkualitas rendah," kata Meyritha. Fauzan Hilal
Post Date : 19 Mei 2010
|