|
GROBOGAN - Kementerian Kimpraswil berencana membantu 1.300 tangki air bersih ke Grobogan. Bantuan tersebut dialokasikan untuk desa-desa di Pulokulon, Kradenan, Gabus, Ngaringan, Wirosari, Tawangharjo, Grobogan, dan lainnya. ''Untuk Purwodadi, Toroh, Penawangan, Godong, Klambu, dan Brati tidak kekurangan air bersih. Beberapa daerah itu dialiri air dari Kedungombo melalui beberapa saluran irigasi,'' kata anggota Komisi D (Bidang Kesra) DPRD Grobogan, HM Sutirto, kemarin. Dia mengatakan, bantuan itu sudah dialokasikan ke beberapa daerah tersebut, minggu lalu, tetapi belum dapat direalisasikan, karena Biro Kesra Jateng menunggu laporan dari Badan Koordinasi Lintas Daerah (Bakorlin) 1 Pati mengenai jumlah desa yang akan didrop air bersih. Menurut Sutirto, Kimpraswil dan jajarannya tidak perlu menunggu laporan dari Bakorlin, Biro Kesra Jateng, ataupun lainnya. Larut Malam Warga yang berada di timur Sungai Serang sangat membutuhkan bantuan itu, karena sungai-sungai di dekat hutan dan sumur-sumur penduduk banyak yang mengering. Selain itu, Bendung Dumpil di ujung timur Grobogan tak dapat memasok air ke hilir, seperti halnya Kedungombo. ''Di Gabus dan daerah sekitarnya banyak masyarakat yang mencari air untuk kebutuhan sehari-hari hingga larut malam,'' ujarnya. Menurut dia, Bendung Dumpil di Ngaringan mengering. Begitu pula beberapa bendung kecil di Pakis Kradenan, Simo Kradenan, dan lainnya, sehingga air untuk kebutuhan sehari-hari di daerah timur Serang betul-betul sulit didapat. ''Kalau di Purwodadi dan Penawangan, orang tidak perlu susah-susah mencari air bersih, karena saluran irigasi Kedungombo di daerah itu tersedia cukup,'' tuturnya. Dia juga berharap, Gubernur melalui Biro Kesra dan Bakorlin 1 Pati memberikan alokasi tambahan bantuan air bersih. Sebelumnya, Gubernur melalui Bakorlin memang sudah memberikan bantuan. Bahkan, dari jadwal seminggu beroperasi di daerah tersebut terpaksa diperpanjang hingga dua minggu. Pemkab, kata Sutirto, hanya memiliki dua mobil dan PDAM enam mobil. Itu pun kadang tidak dioperasikan semua, karena gangguan teknis. Karena itu, sangat kurang bila digunakan untuk melayani kebutuhan air bersih di 109 desa yang kekurangan air. Sementara itu, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Gundih memberikan bantuan air bersih ke desa-desa di dekat hutan, yang kini mengering. Bantuan diserahkan Administratur KPH Gundih, Taufik Setyadi, didampingi pejabat di jajaran Perum Perhutani. Dia mengatakan, desa-desa dekat hutan belakangan ini banyak yang kering. Pohon-pohon besar yang berfungsi sebagai penyimpan air hujan banyak yang sudah ditebang. Begitu pula pohon besar yang ada di hutan, sehingga menjadikan air bersih sulit didapat dari sumber-sumber alam di desa itu. (A23-37h) Post Date : 22 September 2006 |