|
JAKARTA: Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) DKI mengungkapkan target keuntungan atau tingkat pengembalian investasi yang ditetapkan PT PAM Lyonnase Jaya (Palyja) dan PT Aetra Air Jakarta (Aetra) terlalu tinggi. Tingkat pengembalian investasi (internal rate of return) yang ditetapkan oleh operator air minum di Ibu Kota dalam rencana kerja 5 tahunan (rebasing) itu adalah 22% untuk Palyja dan 14,8% untuk Aetra. "Pengembalian investasi yang terlalu besar itu catatan dari BPKP yang memberikan penilaian independen terhadap rebasing kedua operator air bersih itu," kata anggota Bidang Teknik Badan Regulator Pelayanan Air Minum (BRPAM) DKI Firdaus Ali di Jakarta, kemarin. Sayang, Firdaus tidak mengungkapkan berapa sebetulnya tingkat pengembalian investasi yang dinilai BRPAM dan BPKP wajar atau relatif tidak terlalu membebani tarif air bersih. Alasannya, masih harus menunggu revisi dari Palyja dan Aetra. "Kami khawatir ini memicu lonjakan tarif air minum. Sebab, kalau operator bertahan dengan tingkat pengembalian investasi 22%, kenaikan tarif air akan sangat memberatkan dari rata-rata sekarang rata Rp7.025 per m3 akan menjadi Rp9.000 m3," ujarnya. Dalam perkembangan lain, Manager Pelayanan dan Humas PAM Jaya Danang Teguh Suhartono dalam surat yang diterima Bisnis mengungkapkan Palyja akan berinvestasi Rp985,73 miliar pada 2008-2012, bukan Rp835 miliar seperti yang diberitakan. (Bisnis, 12 Mei) Dia juga menyebutkan target sambungan baru yang akan dibuat pada 2009 adalah 26.000 sambungan, bukan 36.000 sambungan. Dari total 26.000 sambungan itu, Palyja ditargetkan membuat 12.000 sambungan, sedangkan Aetra 14.000 sambungan. "Jumlah sambungan pelanggan yang tercatat sampai 2008 yang benar 786.314, bukan 820.000 sambungan. Untuk biaya pemasangan baru ditanggung oleh calon pelanggan dan bukan operator," tulisnya. (Bastanul Siregar) Post Date : 15 Mei 2009 |