|
Bencana tidak selalu jadi musibah. Buktinya, longsoran bongkahan batu dari bukit justru jadi berkah. Pasalnya, batu sebesar kerbau itu persis menimpa pipa PDAM sehingga mengakibatkan kebocoran. Sehingga dimanfaatkan warga mengambil air bersih gratis. Puncak kemarau yang berdampak pada krisis air, masih melanda sebagian wilayah Kabupaten Pacitan. Apalagi, bagi warga yang bukan pelanggan PDAM. Musim kemarau dirasakan benar-benar berat. Sebab, beberapa mata air yang ada mulai mengering. Tak jarang mereka harus menempuh perjalanan jauh dan melelahkan untuk mendapatkan seember air bersih. Itu pun harus anter berjam-jam Kondisi seperti itu tampaknya membuat warga cenderung sensitif terhadap air. Ibarat menanti datangnya hujan di musim kemarau. Tak heran, begitu ada pipa perusahaan daerah air minum (PDAM) yang bocor, langsung diserbu puluhan warga. Mereka membawa beberapa buah jerigen (ukuran 20 liter) maupun ember kecil dan gayung. Satu per satu, bergantian mengambil air dari pipa yang bocor tersebut. Pemandangan itu terjadi di Dusun Langon, Desa Kalak, Kecamatan Donorojo, Pacitan, kemarin (7/9). Seharian, warga terpaksa antre mendapatkan air bersih gratis dari pipa PDAM yang melintasi desa tersebut. ''Sehari dapat dua sampai tiga jerigen. Lumayan, ketimbang harus beli,'' terang Sami, 46, warga setempat dengan sumringah, meski harus ikuit antre bersama warga lain. Warga lainnya mengungkapkan, bocornya pipa induk PDAM yang menghubungkan Desa Kalak dengan beberapa desa lainnya, lantaran tertimpa batu. Mungkin ini musibah bagi PDAM. Namun berkah bagi warga yang kesulitan air bersih pada puncak musim kemarau seperti saat ini. Kejadian itu sudah sekitar tiga hari lalu. Bahkan, petugas PDAM sudah mendatangi tempat tersebut. Dijelaskan Sami, ketika itu secara tiba-tiba batu sebesar kerbau di lereng bukit runtuh. Kebetulan, mengenai pipa PDAM di pinggir jalan. Tentu saja, air dari pipa pun muncrat. Warga sekitar berbondong-bondong memanfaatkannya. ''Dari pada terbuang percuma, air kan mahal. Lebih baik dimanfaatkan bersama-sama,'' tuturnya. Situasi seperti itu memang sering terjadi. Apalagi jaringan perpipaan yang ada melintasi kawasan pegunungan terjal yang rawan longsor. Bahkan tahun lalu sedikitnya ada empat titik lain yang pernah mengalami kebocoran karena kasus serupa. Warga pun tak menyia-nyiakannya. Karena di saat sulit air, cara apa pun sudah pasti akan ditempuh. Sekedar diketahui, untuk mencukupi kebutuhan air bersih saat kemarau panjang, warga mengandalkan sumber alami. Namun, karena faktor kerusakan lingkungan, debit sumber itu pun dari tahun ke tahun berkurang. Selain itu, warga juga ada yang membeli ke pedagang air asal Wonogiri, Jawa Tengah, dengan harga bervariasi. Mulai Rp 125 ribu sampai Rp 200 ribu per tangki isi 5000 liter.(sad) Post Date : 08 September 2008 |