Ketika Warga Dihadapkan Kesulitan Air Bersih Jelang Lebaran

Sumber:Indopos - 10 Oktober 2007
Kategori:Air Minum
Kekeringan belum juga berlalu. Warga sejumlah wilayah di Ngawi dan Kabupaten Madiun, sampai saat ini masih dihadapkan pada kesulitan mendapatkan air bersih. Bagaimana mereka menyambut datangnya lebaran di tengah krisis air bersih?

Sejak awal pekan ini, kerumunan orang di sekitar belik pinggir sungai Dusun Genengan Kulon, Desa/Kecamatan Bringin, Ngawi merupakan pemandangan yang biasa dijumpai sehari-hari. Mereka tak lain warga desa setempat yang ngangsu (mencari air).

Lebaran yang beberapa hari lagi tiba, membuat warga mesti pandai-pandai menyiasati kelangkaan air bersih. Mereka mengaku harus menampung dan menimbun air sebanyak-banyaknya agar bisa merayakan hari raya. "Banyak tamu dan harus bikin air minum kan. Jadi, supaya tidak repot mengumpulkan air sejak sekarang," kata Suparti, salah seorang warga Genengan Kulon, kemarin.

Kendati di beberapa daerah di Ngawi sudah mulai turun hujan, namun warga Desa Bringin masih belum dapat menikmati air bersih setelah sumber-sumber air mereka mengering akibat kemarau panjang. "Sudah dua bulan air sulit, kami ambil air di belik di sungai ini," kata Mainem salah satu ibu rumah tangga di Bringin.

Warga di dusun ini sudah lelah berharap bantuan air bersih. Sebab problem itu terjadi setiap tahun dan seakan tak ada yang peduli. Pada awal kemarau datang, warga biasanya masih bisa berharap dari sumur namun dalam tempo yang cepat air akan habis dan warga beralih ke air sungai.

Satu-satunya sumber air dalam belik di tepi sungai Genengan Kulon menjadi harapan. "Namun sekarang ini kalau sudah diambil beberapa orang ya airnya mulai habis, kami haru menunggu belik terisi lagi," kata warga lain yang sudah antri setengah jam mengambil air sungai.

Walaupun sulit air bersih. namun semangat warga dalam memperolehnya terutama untuk menyambut Idul Fitri tak pernah berhenti. Didorong kebutuhan akan air bersih yang pasti meningkat saat lebaran tiba, mereka rela membawa jeriken untuk antri air di sungai.

Kesulitan air bersih akibat musim kemarau juga terjadi di sejumlah wilayah Kabupaten Madiun. Di antaranya menimpa warga Dusun Sumberejo, Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan. Sejumlah desa lain di kecamatan tersebut juga dilanda masalah yang sama. Seperti desa Sidodadi, Darmorejo, Kebon Agung dan Kelurahan Bangunsari. Laporannya pun sudah masuk ke kantor kecamatan setempat.

Menurut Camat Mejayan M Hadi Sutikno, di wilayahnya, Kelurahan Bangunsari mengalami kekeringan paling parah. Beberapa hektare lahan sawah tidak bisa ditanami padi karena tidak mendapatkan air irigasi. Ini lantaran secara geografis wilayah Kelurahan Bangunsari lebih tinggi dibanding desa lainnya. "Kekeringan yang tidak bisa diatasi terjadi di Kelurahan Bangunsari," Hadi Sutikno, kemarin.

Kendati demikian, menurutnya, secara umum kekeringan di wilayah Kecamatan Mejayan dapat diatasi, khususnya pemenuhan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. "Memang untuk kebutuhan irigasi memprihatinkan, namun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masih bisa diatasi. Meskipun warga harus ngangsu dari sumur tetangga atau memanfaatkan sumur milik PG." ujarnya.

Selama musim kemarau yang sudah mencapai puncaknya ini, petani menanami lahannya dengan tanaman kacang hijau. Hal ini dipilih karena tanaman kacang hijau tidak memerlukan banyak air. Berbeda dengan kekeringan di wilayah Kecamatan Wonoasri, untuk memenuhi kebutuhan air bersih harus menunggu pasokan air bersih dari PDAM. Namun untuk wilayah Kecamatan Mejayan hal tersebut tidak sampai terjadi karena kesulitan air hanya untuk saluran irigasi pertanian. "Sebagian besar warga di wilayah kecamatan Mejayan sudah merasakan fasilitas air bersih dari PDAM," pungkasnya. (Dilengkapi Novika D Nugroho, Madiun)



Post Date : 10 Oktober 2007