|
WADUK mana yang bisa melawan musuh abadinya, pendangkalan oleh endapan lumpur? Di Indonesia, nyaris tak ada. Tengok saja Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri, Jawa Tengah. Waduk berdaya tampung 730 juta meter kubik itu kini terus menyusut akibat pendangkalan. Lumpur di punggung bukit sekitar waduk yang digerus hujan pelan-pelan membunuh waduk itu. Berdasarkan penelitian Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, dalam tiga tahun pertama sejak diresmikan (1981-1984), daya tampung waduk itu menyusut 10,96 persen. Itu artinya, kalau pengendapan terjadi dengan laju yang tetap, yakni 3,65 per tahun, umur bendungan cuma mencapai 27,4 tahu. Padahal, menurut perhitungan ekonomis, sebuah bendungan baru layak dibangun kalau usianya bisa mencapai 50 tahun ke atas. Bukan cuma Gajah Mungkur yang terancam mati muda. Karangkates, bendungan besar tertua di Jawa Timur pun bernasib sama. Awalnya, endapan lumpur di bendungan yang mengatur aliran air Sungai Brantas itu diperkirakan hanya 500 ribu meter kubik per tahun. Tapi, saat dicek pada 1975, 10 tahun setelah bendungan beroperasi, angka sedimentasinya ternyata melonjak 12 kali lipat menjadi 5,5-6 juta meter kubik per tahun. Kini, kata Soekistijono, Direktur Teknik Perusahaan Umum Jasa Tirta I, daya tampung Karangkates tinggal 50 persen. Saat diresmikan, pada 1961 bendungan itu mampu menampung 343 juta meter kubik air. Pada 1999, kapasitas airnya tinggal 176 juta meter kubik dan merosot menjadi 144 juta meter kubik pada tahun 2000. Masa efektif bendungan itu diperkirakan tinggal 30 tahun lagi, kata Soekistijono kepada Tempo News Room beberapa waktu lalu. Padahal waduk yang kini berumur 39 tahun itu dulu diperkirakan bisa tahan sampai 100 tahun. Menghadapi ancaman penuaan dini ini, pengelola bendungan yang bernama Bendungan Sutami itu sudah melakukan berbagai upaya, seperti penghijauan dan pembangunan bendungan penahan Lumpur biasa disebut cekdam di hulu sungai waduk. Tapi, toh tetap saja tak mempan. Dalam sekali musim hujan saja, semua cekdam sudah penuh endapan lumpur. Di Jawa Timur, ada empat waduk lagi yang kini sekarat karena pendangkalan. Mereka adalah Bendungan Sengguruh dan Lahor di Kabupaten Malang, Bendungan Wlingi dan Lodoyo di Kabupaten Blitar. Sengguruh dan Lahor, misalnya, daya tampungnya sudah anjlok 80 persen dan 35 persen. Bendungan Wlingi dan Lodoyo lebih sengsara lagi, masing-masing mengalami sedimentasi hingga 80 persen dan 50 persen. Keterbatasan daya tampung itu bisa mendatangkan musibah banjir hebat di hilir Sungai Brantas seperti Mojokerto, Sidoarjo dan Surabaya, tutr Soekistijono. Keadaan itu nyaris terjadi pada tahun 2002 lalu, semua bendungan sepanjang Brantas dinyatakan siaga merah karena air sudah melebihi daya tampung. Fenomena waduk mati muda itulah yang dicemaskan bakal terjadi pada Bendungan Ciawi. Meski waduk itu belum dibangun, semua syarat-syarat kematian waduk itu kini sudah komplet : penggundulan hutan yang massif, pembangunan vila seenak udel, dan curah hujan yang tinggi. Jadi, tinggal tunggu waktu. BS, Abdi Purnomo (Malang) Post Date : 23 Mei 2004 |