Ketika Tata Ruang Diabaikan, Banjir Jadi 'Sahabat' Warga Batam

Sumber:Media Indonesia - 15 Desember 2004
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
RINTIK hujan semakin deras, awan gelap menggelayut tanpa perasaan, deru angin semakin kencang tak bersahabat. Ini adalah tanda awal datangnya 'sahabat' warga Batam, yakni banjir.

Menunggu dalam tempo 30 menit, sepertinya dapat mengubah Batam, dari pulau kering menjadi lautan. Banjir di Batam, kini menjadi sahabat paling akrab, apalagi setiap akhir tahun begini.

Harusnya Minggu (12/12) diisi dengan istirahat bersama keluarga, akan tetapi kali ini hal itu tidak dilakukan kepala rumah tangga muda tersebut. Seketika Ari merangkul anaknya yang kedinginan.

"Pa, banjir lagi. Kita mau tidur di mana?" tanya Andri, 3, anak tertua Ari. Ayah tiga anak tersebut melihat air dari saluran semakin deras memasuki rumahnya yang baru dibelinya tiga bulan terakhir.

Dia tidak menyangka jika rumahnya yang terletak di Tiban Indah, Kecamatan Sekupang, Batam, itu akan terkena banjir setinggi satu meter lebih. Dan, ini bukan pertama kalinya terjadi, bahkan banjir kali ini makin parah. Sebab, selama musim penghujan sudah hampir lima kali kejadian serupa menimpanya.

Padahal, sebelum membeli rumah tersebut. Pengembang perumahan yang menjual kepadanya menjanjikan bahwa rumah yang dibeli bebas dari banjir. Akan tetapi, pada kenyataannya setelah rumah tipe 36 itu dibeli dengan harga Rp40 juta, malah menjadi langganan banjir.

Tidak itu saja, pengembang tidak bertanggung jawab menggunduli hutan yang ada di sekitar kawasan tersebut tanpa melihat tata ruang dan wilayah yang telah ditentukan. Akibatnya, aksi ambil untung pengembang yang meminta lahan kepada Otorita Batam itu menjadi bencana bagi banyak penduduk di daerah ini.

Bukan hanya ratusan rumah yang terendam air, saluran air yang tidak dikerjakan secara baik di beberapa kawasan pada akhirnya menimbulkan penyumbatan serius sehingga menggenangi jalan-jalan utama di daerah ini.

Luas Batam 315 kilometer persegi (km2), seperempat kawasan di Batam ketika hujan terendam banjir. Langkah antisipasi pun tidak dilakukan dengan baik. Hal ini menjengkelkan beberapa wakil rakyat yang duduk di DPRD Batam. Mereka kesal karena tidak adanya tindakan nyata yang dilakukan baik dari Pemerintah Kota Batam, maupun Otorita Batam.

Jika memang tidak mampu, kenapa lahan yang seharusnya diperuntukkan bagi daerah tangkapan air tidak dimanfaatkan untuk penghijauan, bahkan diberikan kepada pengembang yang jelas-jelas tidak memedulikan akibatnya terhadap masyarakat di Batam.

"Tindakan tegas mestinya dilakukan. Periksa saja pejabatnya. Kalau perlu diadili karena sudah mengganggu," ujar anggota DPRD Batam yang membidangi hukum dan pemerintahan, Yudhi Kurnain, kepada Media beberapa waktu lalu.

Dia menilai bahwa banjir yang terjadi adalah akibat ulah para pengembang yang memanfaatkan tata ruang dan wilayah secara serampangan sehingga tidak memikirkan dampaknya terhadap Batam ke depan.

"Pulau ini akan tenggelam, jika memang tidak diperhatikan. Kalau bisa tata kembalilah," katanya.

Bagaimanapun, tindakan pemerintah daerah dalam mengendalikan banjir hingga saat ini masih ditunggu masyarakat.

Sedangkan pejabat dari Pemkot Batam dan Otorita Batam ketika dimintai keterangannya tidak mau berkomentar mengenai masalah banjir yang terjadi. Akibatnya, Sekretaris Kepemudaan Aliansi Gerakan Pemuda Islam (AGPI) Kota Batam, Afrijal Juntar, mengancam akan melakukan demonstrasi menuntut agar para pejabat terkait diadili karena menyengsarakan masyarakat banyak. Emerson Tarihoran/Hendri Kremer/N-1

Post Date : 15 Desember 2004