|
Solo, Kompas - Akibat degradasi lingkungan ditambah sedimentasi waduk yang terus meningkat, ketersediaan air saat musim kemarau pada masa mendatang diperkirakan akan terus menurun. "Ketersediaan air diperkirakan akan terus menurun seiring dengan bertambahnya populasi penduduk, sementara perbaikan lingkungan tidak memberikan dampak secara langsung terhadap ketersediaan air," kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman Departemen Kehutanan Harry Sentosa dalam seminar bertajuk "Peran PDAM dalam Pengelolaan dan Pelestarian Sumber Daya Air yang Berorientasi pada Prinsip-prinsip Good Corporate Governance Menuju Millenium Development Goals" di Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta, Sabtu (14/4). Menurut Harry, selama ini ketersediaan air pada musim kemarau di seluruh Indonesia hanya mencapai 20 persen dari kebutuhan air yang mencapai 1.074 meter kubik per tahun per kapita. Secara rinci, Harry memaparkan bahwa kebutuhan 1.074 meter kubik per tahun per kapita itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan irigasi, domestik (rumah tangga), perkotaan, dan industri. Dari jumlah kebutuhan itu, yang tersedia saat musim kemarau normal hanya 790 meter kubik. Yang memprihatinkan, saat iklim normal sekalipun, waduk yang ada saat ini hanya mampu menampung 5 persen dari total curah hujan saat musim hujan. Sisanya mengalir sebagai aliran permukaan yang langsung menuju ke laut atau menguap. Jika sedimentasi dibiarkan terus berlangsung tanpa ada perbaikan lingkungan di kawasan hulu, kemampuan waduk menampung air hujan akan makin berkurang. Sebagai negara yang ikut menyepakati Tujuan Pembangunan Abad Millennium (MDGs), Indonesia berkewajiban mewujudkan target menurunkan separuh proporsi penduduk dunia yang tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman pada tahun 2015. "Indonesia, salah satu negara yang meratifikasi deklarasi MDGs, berarti memiliki komitmen untuk mencapai target MDGs 2015 tersebut. Dengan demikian, telah disusun strategi mencapai target MDGs yang membutuhkan biaya sekitar Rp 52 triliun," ujarnya. Dalam kesempatan yang sama, Arie M Huzaini dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional mengatakan, standar ketersediaan air bersih dalam MDGs mencapai 2.000 meter kubik per tahun per kapita. Dari kebutuhan itu, kondisi sekarang baru 1.200 meter kubik per tahun per kapita. Tingginya biaya investasi untuk penyediaan air menjadi salah satu kendala sulitnya mencapai target MDGs. Karena itu, diperlukan keterlibatan atau partisipasi masyarakat untuk mengelola sumber daya air di daerah tempat tinggalnya masing-masing. (LIA) Post Date : 16 April 2007 |