YOGYAKARTA - Tingkat ketergantungan pemanfaatan air bersih bagi masyarakat Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul terhadap sumber daya air dari Kabupaten Sleman dinilai masih tinggi. Sebanyak 60 persen masyarakat kota memanfaatkan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang diambil dari Sleman.
Sedangkan masyarakat Bantul memanfaatkannya dari air bawah tanah yang alurnya dari hulu (Sleman). "Perlu restorasi sumber daya air besar-besaran agar sumber daya air dari hulu terlindungi," tutur Suparlan, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Yogyakarta, kemarin.
Restorasi yang dimaksud Suparlan adalah membuat sumur resapan di tiap rumah. Tujuannya, sebagai resapan air untuk memperbarui kembali sumber air yang sudah mati serta pengadaan air bersih oleh masyarakat setempat.
Selain itu, upaya pengeboran sumur dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan air bersih harus dibatasi. Pengeboran sumur biasanya dilakukan oleh pengusaha hotel, pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan pengelola kampus. Menurut Suparlan, sumur bor akan merusak kelangsungan ketersediaan air di lapisan bawah tanah. "Dalam sumur bor, kalkulasi penyerapannya tidak terkontrol," ujar Suparlan.
Suparlan menuturkan, masyarakat Sleman yang tinggal di daerah hulu juga diminta ikut melestarikan lingkungan air. "Kawasan Sleman harus tetap terjaga sebagai daerah resapan air yang bisa dipertahankan bertahun-tahun ke depan," tuturnya. Berkaitan dengan hal itu, Walhi Yogyakarta akan melakukan riset kebijakan lingkungan dan pengelolaan air di DIY untuk satu tahun ke depan mulai Mei 2009 mendatang. "Fokusnya di Sleman, karena daerah hulu," kata Suparlan.
Menurut Suparlan, kondisi ketergantungan itu tidak lepas dari peraturan daerah, baik di tingkat provinsi, kota, maupun kabupaten, yang mengabaikan pengelolaan lingkungan yang berpihak pada lingkungan dan masyarakat. "Dari 100 kasus lingkungan di DIY, 95 persen di antaranya akibat peraturan daerah yang tidak pro rakyat dan lingkungan," ujar Suparlan.
Sementara itu, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) DIY juga tengah melakukan kajian lingkungan hidup strategis. Kajian itu terfokus pada tata air di kawasan Sleman dan Bantul. "Hasil sementara, lima tahun ke depan, kondisi air di DIY masih surplus," kata Kepala Bapedalda DIY Harnowati. PITO AGUSTIN RUDIANA
Post Date : 24 April 2009
|