Enarotali, Kompas - Selain curah hujan yang tinggi, kerusakan lingkungan di sekitar Danau Paniai, Papua, diduga menjadi pemicu banjir di kawasan tersebut. Luapan air yang menggenangi beberapa distrik di Kabupaten Paniai, salah satunya disebabkan oleh pendangkalan danau tersebut.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Paniai, FX Mote, Rabu (6/4) di Enarotali, memperkirakan, hampir 30 persen wilayah Danau Paniai telah mendangkal dan ditumbuhi gulma. Hal itu menyebabkan daya tampung danau yang menerima air dari tujuh sungai di sekitarnya mengecil.
”Apalagi, gunung dan perbukitan di sekitar sungai itu semakin gundul,” katanya.
Sedimentasi di beberapa wilayah muara sungai pun turut memperburuk kondisi itu. Di sekitar Danau Paniai terdapat sedikitnya tujuh sungai besar, yakni Sungai Aga, Sungai Eka, Sungai Weya, Sungai Koto, Sunga Muye, Sungai Waneuwo, dan Sungai Kowabeu.
Sungai-sungai yang bermata air di perbukitan dan gunung di sekitar Enarotali itu bermuara di Danau Paniai. Hanya ada satu sungai besar yang menjadi saluran pembuangan air di danau itu yaitu Sungai Yawe.
Ketika curah hujan tinggi sejak Februari lalu, Danau Paniai tidak mampu lagi menampung aliran air. Menurut beberapa warga setempat, banjir akibat luapan danau adalah fenomena tahunan. Namun kali ini luapan dari danau tersebut jauh lebih tinggi dari biasanya.
Berdasarkan pantauan, warga yang tinggal di sekitar danau Paniai telah beradaptasi dengan naik-turunnya permukaan air. Mereka telah membuat rumah dengan tiang-tiang penyangga setinggi 50 sentimeter. Kerap kali ketinggian air melebih tiang penyangga.
Kepala Dekenat Paniai Pastor Martin Koayo mengatakan, sejak tahun 1980 hutan-hutan di sekitar Paniai mulai rusak. Selain ditebang untuk kebutuhan permukiman, hutan di beberapa bukit juga rusak karena dibakar.
Kepala Bappeda Kabupaten Paniai FX Mote telah merencanakan untuk mengeruk endapan itu, serta membuat kolam-kolam buatan untuk mengendalikan luapan air danau. (JOS)
Post Date : 07 April 2011
|