Jakarta, Kompas - Banjir yang melanda kawasan perdagangan di Jakarta Utara dan Jakarta Barat sejak beberapa hari terakhir menimbulkan kerugian yang signifikan. Kerugian tak hanya dirasakan pedagang kelas grosir dan eceran, tetapi langsung memukul para pekerja di level terbawah.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo di Balaikota menegaskan, banjir yang terjadi selama sepekan di Ibu Kota telah menimbulkan kerugian sekitar Rp 20 triliun. Apabila kondisi seperti ini terus dibiarkan, kerugian yang dialami kota ini akan semakin besar. Lebih baik anggaran yang ada dimanfaatkan untuk mengatasi banjir dengan mengalokasikan membuat terowongan.
”Kota seperti Jakarta ini harus punya skenario untuk mengeluarkan air. Terowongan ini sangat diperlukan,” kata Jokowi.
Mesin uang berhenti
Pantauan lapangan di sentra perdagangan Harco Glodok, Lindeteves, Pasar Pagi, Pancoran, Perniagaan, hingga sentra garmen Tambora di Jakarta Barat, yang selama ini dikenal sebagai mesin uang Jakarta, menimbulkan kerugian yang tidak kecil. Total omzet bisnis di kawasan ini bisa mencapai triliunan rupiah, sedangkan potensi kehilangan keuntungan yang bisa diraup para pedagang dalam empat hari tidak sedikit.
”Di Harco Glodok saja ada sekitar 100 pedagang dengan perputaran uang setiap hari rata-rata mencapai Rp 400 juta per orang. Jadi bisa dihitung berapa kehilangan omzet para pedagang di sini,” kata grosir besar Afand, Selasa (22/1). Afand sendiri sehari-hari menjual komputer, notebook, printer, Galaxy Tab, iPad, dan aksesori komputer.
Sementara pengusaha garmen berbahan kaus di Tambora, Yupiter, mengatakan, selama empat hari usahanya rugi Rp 50 juta. ”Di Tambora ada sekitar 300 usaha garmen yang skalanya sama dengan skala usaha saya. Jadi selama empat hari, total kerugian ke-300 pengusaha itu selama empat hari tidak beroperasi, mencapai Rp 15 miliar,” tutur Yupiter.
Eksportir garmen Hau membenarkan kerugian itu. ”Saya tidak mau menyebut angka keuntungan atau kerugian. Yang jelas, banyak pesanan dari luar negeri tertunda pengirimannya. Pusing saya. Ongkos angkut pada naik kalau musim banjir begini. Banyak ongkos tak terduga bermunculan,” kata Hau.
Bisa ditekan
Tutum Rahanta, Ketua Harian Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, mengatakan, tutupnya kawasan grosir di Glodok, Mangga Dua, dan sekitarnya memang menyebabkan mandeknya aktivitas ekonomi di kawasan tersebut.
Akan tetapi, karena produk mereka bukan barang konsumsi dan jasa, serta sebagian besar pengusaha di kawasan itu justru melayani pembelian dari luar Jakarta, kerugian bisa ditekan.
”Mungkin toko tutup karena banjir, tetapi pesanan tetap bisa dilayani. Yang terjadi adalah penundaan transaksi,” katanya.
Namun, Tutum tak menutup kemungkinan ada sebagian masyarakat yang sehari-harinya menggantungkan hidupnya di kawasan itu dan langsung merasakan negatif dampak banjir.
”Dari keseluruhan aktivitas perekonomian di kawasan Glodok, Mangga Dua, dan sekitarnya, mungkin sekitar 20 persennya yang terdampak langsung. Mereka yang terkena dampak langsung itu antara lain penjual nasi dan makanan, tukang parkir, dan kuli angkut. Mereka langsung tidak dapat penghasilan untuk kehidupan sehari-hari,” katanya.
Tutum justru yakin bencana banjir akan memicu pertumbuhan ekonomi. Warga korban banjir maupun yang terdampak membutuhkan banyak hal dalam masa pemulihan pascabanjir.
Demikian juga pemerintah yang akan melaksanakan banyak proyek pembangunan penanggulangan banjir. ”Mulai dari bengkel kendaraan bermotor, bahan-bahan bangunan, dan masih banyak lagi, akan laris sekali. Ekonomi akan tumbuh. Akan tetapi pertumbuhan ekonomi ini adalah pertumbuhan tidak bermutu,” katanya.
Hal itu disebabkan masyarakat akan mengejar kebutuhan pascabanjir, ada kemungkinan pemenuhan kebutuhan lain yang lebih urgen terabaikan. ”Di mana angkutan umum belum memadai dan jalanan rusak, biaya untuk pengadaan serta perawatan kendaraan bermotor besar. Bisa jadi, biaya untuk konsumsi sehari-hari, pendidikan, dan kesehatan di nomor urut ke sekian,” katanya.
Masalah ini terjadi terus-menerus dan bahkan tahun depan pun kembali terulang. ”Ini lingkaran setan. Begitu banyak uang dipakai untuk penanganan banjir yang terus berulang, tanpa ada lompatan penyelesaian yang signifikan,” katanya.
Bencana banjir telah berdampak terhadap perekonomian warga. Itu terpantau pada transaksi gadai di kantor pegadaian yang melonjak hampir dua kali lipat. Kondisi itu diperberat lagi dengan kenaikan harga sejumlah bahan makanan yang cukup tinggi. Pegadaian Cabang Jatinegara, contohnya, setelah banjir surut, transaksi gadai di kantor itu langsung melonjak jadi Rp 500 juta hari Senin. Padahal selama banjir, transaksi gadai sempat anjlok menjadi Rp 50 juta per hari dari rata-rata Rp 300 juta per hari.
Pemimpin Pegadaian Cabang Jatinegara, Henrianto, Selasa (22/1), mengatakan, selama banjir mengepung sejumlah kawasan Jakarta Timur, transaksi gadai di Pegadaian Cabang Jatinegara dan 9 kantor unit yang ada di bawahnya anjlok semua. ”Baru pada Senin, setelah banjir surut, transaksi gadai langsung jadi Rp 500 juta,” katanya.
Distribusi terhambat
Sepekan setelah banjir melanda Jakarta, kondisi perdagangan belum pulih. Meskipun ekspedisi barang antarkota dan antarpulau sudah normal, pendistribusian barang sampai saat ini masih terhambat.
Direktur Utama CV Surya Mas Express Hasan di Jakarta mengatakan, ekspedisi barang dari Jakarta ke Surabaya mulai normal pada Senin (21/1).
”Kemarin ada lima truk dengan daya angkut masing-masing enam ton diberangkatkan dari Jakarta ke Surabaya,” katanya.
Menurut Hasan, saat ini tidak ada masalah pengiriman barang dari Jakarta ke Surabaya. Dua hari pascabanjir besar melanda Jakarta, perusahaan ekspedisi mulai beroperasi kembali dan melayani pengiriman barang walaupun kondisi pengiriman belum normal. Perusahaan ekspedisi barang dari Jakarta ke Surabaya itu sempat tidak beroperasi selama dua hari.
Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia DKI Jakarta Suprayitno, laporan dari para pengusaha, mereka kini tidak lagi menggunakan pasokan stok dari barang di lokasi banjir. Semua stok itu dalam pemeriksaan apakah bisa dipakai atau tidak. (NEL/FRO/GAL/NDY/win/ MDN/ART/PIN/K08/K11)
Post Date : 23 Januari 2013
|