Kerugian di Bone dan Wajo Ditaksir Rp 30 Miliar

Sumber:Kompas - 03 Agustus 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Banjir yang terjadi sejak dua pekan lalu menggenangi SMP Negeri 1 Dua Boccoe di Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Senin (2/8). Para siswa terpaksa menjalankan aktivitas belajar dan mengajar sementara di Masjid Raya Dua Boccoe. Kerugian akibat banjir di Kabupaten Bone dan Wajo diperkirakan mencapai Rp 30 miliar.

Watampone, Kompas - Kerugian akibat banjir yang melanda 15 kecamatan di Kabupaten Bone dan Wajo, Sulawesi Selatan, sejak dua pekan lalu diperkirakan mencapai Rp 30 miliar. Jumlah itu masih bisa bertambah mengingat terputusnya poros jalan Bone-Wajo di Kecamatan Dua Boccoe, Bone, yang berakibat terganggunya aktivitas perekonomian Bone bagian utara.

Menurut pantauan Kompas, Senin (2/8), lima kecamatan di Bone yang terendam akibat luapan Danau Tempe di Kabupaten Wajo adalah Ajangale, Kajuara, Cenrana, Dua Boccoe, dan Telusiatinge. Dari lima kecamatan itu, Dua Boccoe menjadi tumpuan perekonomian wilayah Bone bagian utara karena lokasinya dilewati jalan utama Bone-Wajo.

Namun, aktivitas perekonomian di Dua Boccoe ini terganggu akibat terputusnya akses jalan raya. Warga dari empat kecamatan lain tak dapat lagi memasok kebutuhan pokok untuk dijual di pasar tradisional Dua Boccoe. Para pengusaha terpaksa menutup kios mereka sejak pekan lalu karena tergenang air setinggi 40-50 sentimeter.

Dari data yang dihimpun Badan Keselamatan Bangsa Kabupaten Bone, kerugian akibat banjir di lima kecamatan itu mencapai Rp 6 miliar. Adapun kerugian yang dicatat Dinas Sosial Kabupaten Wajo akibat banjir di 10 kecamatan mencapai Rp 24,3 miliar.

”Kondisi warga saat ini benar-benar terjepit karena ingin memasok kebutuhan pokok atau berbelanja ke Sengkang (ibu kota Wajo) harus menyewa perahu,” tutur Sabaruddin (48), warga Desa Nagauleng, Kecamatan Cenrana, Bone, Senin.

Kenaikan biaya

Menurut Sabaruddin, biaya menyewa perahu cukup mahal. Untuk sekali menyeberang dari Desa Tawaroe ke Desa Solo yang berjarak sekitar 2 kilometer, setiap satu orang dan sepeda motor dikenai tarif Rp 25.000. Biaya itu bertambah jika digunakan mengangkut hasil belanja yang dikenai biaya Rp 5.000 per karung.

Para pemilik kios yang tutup menyelamatkan barang dagangan mereka di langit-langit toko untuk menghindari genangan air. Ada pula yang menjual sebagian dagangan dengan menitipkannya di toko milik keluarga. ”Kebetulan toko milik adik saya sudah ditinggikan sehingga genangan belum masuk,” kata Hermawan (44), warga Desa Pakkasalo, Dua Boccoe.

Namun, Hermawan mengeluhkan tambahan biaya operasional karena ia harus berbelanja barang di Sengkang.

Hingga Senin petang, para pengendara dari Bone menuju Wajo harus memutar lewat Kecamatan Cabenge, Kabupaten Soppeng, yang berjarak lebih dari 100 kilometer. Jalan alternatif yang berliku dan sempit itu membuat waktu tempuh lebih dari tiga jam.

Merusak lahan

Kondisi jalan yang terputus pun semakin parah. Lubang- lubang di jalan kian besar dan memanjang hingga 2 kilometer akibat tergerus derasnya arus air banjir dari Sungai Walanae.

Warga khawatir, jika jalan-jalan beraspal hancur, banjir akan makin luas merendam lahan pertanian produktif.

Rahmawati (41), warga Desa Solo, Dua Boccoe, mengaku 3,5 hektar perkebunan pisangnya ludes ditelan banjir. Ia khawatir luapan air sungai yang semakin deras akan merusak sisa perkebunan seluas 1,5 hektar. Ibu tiga putra ini pun terancam kehilangan pendapatan yang pada masa panen biasanya mencapai Rp 15 juta.

Sementara itu, banjir di Wajo menimbulkan tumpukan sampah dan endapan lumpur di beberapa sudut di kota Sengkang, seperti di Pasar Sentral, Jalan Masjid Raya, Jalan Andi Ninnong, dan Jalan Andi Paggaru.

Menurut Kepala Dinas Tata Ruang, Kebersihan, dan Pasar Wajo M Nasir, kondisi itu disebabkan sistem pembuangan air tidak mampu menampung luapan air karena derasnya debit air. Akibatnya, air bercampur sampah dan endapan lumpur pun menggenangi jalan.

”Kami telah meminta bantuan anggota Komando Distrik Militer 1406/Wajo untuk membersihkan sampah dan endapan lumpur agar masyarakat terhindar dari penyakit,” tutur Nasir.(riz)



Post Date : 03 Agustus 2010