Kerugian akibat Sanitasi Buruk Capai Rp56 Triliun

Sumber:Media Indonesia - 19 Desember 2008
Kategori:Sanitasi

AKIBAT sanitasi dan higienitas buruk, Indonesia menderita kerugian ekonomi hingga Rp56 triliun per tahun, mengalami 120 juta kasus penyakit, dan 50.000 kematian dini setiap tahun.

Demikian laporan penelitian dari Water Sanitation Program (WSP) World Bank tentang Dampak Ekonomi Sanitasi Indonesia.

''Buruknya sanitasi menyebabkan masyarakat harus mengeluarkan biaya sebesar Rp29,5 triliun setiap tahun, beban biaya akibat pencemaran air Rp14 triliun, untuk biaya akses mencapai lokasi buang air besar Rp10,6 triliun, serta antre di toilet umum sebesar Rp10,6 triliun,'' ujar Regional Communication Specialist World Bank Yosa Yuliarsa pada seminar Sanitasi, Air, dan Kesejahteraan Masyarakat, kemarin di Jakarta. Seminar diadakan dalam rangka Tahun Sanitasi Internasional 2008 yang telah ditetapkan PBB.

Hasil penelitian yang baru diterbitkan Oktober 2008 itu, lanjut Yosa, juga menunjukkan sekitar 45% penduduk Indonesia tidak memiliki akses yang layak pada sarana sanitasi. Artinya, lebih dari 100 juta penduduk belum memiliki akses ke sarana sanitasi memadai. Data BPS 2006, tambahnya, juga menunjukkan kondisi serupa, yakni baru 55% rumah tangga memiliki akses sanitasi ke kakus (toilet) secara baik.

Ketika menanggapi hasil penelitian itu, Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (DPU) Budi Yuwono P mengakui masalah sanitasi merupakan hal sangat serius.

''Dari sekitar 120.000 kasus kematian balita setiap tahunnya, sebanyak 30% (31.200 balita) meninggal dunia akibat diare. Seperti diketahui penyebab utama diare adalah akibat sanitasi buruk,'' jelas Budi Yuwono.

Karena kondisi itulah, tambah Sismono, Direktur Penyehatan Lingkungan, Sanitasi, dan Pencemaran Air, Ditjen Cipta Karya, DPU, pembangunan sanitasi di Indonesia saat ini dan ke depannya diarahkan ke perubahan perilaku masyarakat tentang sanitasi. Pendekatan pembangunan lebih diarahkan dengan keikutsertaan dan menggugah perilaku masyarakat agar sadar perlunya sanitasi. ''Jadi polanya bottom up, bukan top down,'' katanya. (Hru/S-1)



Post Date : 19 Desember 2008