|
Kebumen, Kompas - Kerugian akibat banjir dan tanah longsor di sejumlah desa di Kecamatan Ayah, Buayan, dan Sempor, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, selama sepekan terakhir mencapai Rp 407 juta. Jumlah kerugian diperkirakan terus bertambah karena belum seluruh kerusakan akibat bencana itu dihitung. Hal itu disampaikan Bupati Kebumen Rustriningsih, Jumat (9/11) di Kebumen. Sebagai langkah awal, Pemerintah Kabupaten Kebumen akan memberikan bantuan bahan pokok kepada 143 keluarga korban bencana. Juru bicara Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsian Kebumen Adi Nugroho mengatakan, masyarakat di lokasi bencana bersama anggota TNI mulai membersihkan rumah dari longsoran tanah. Pemkab Kebumen menyediakan anggaran sebesar Rp 8,3 miliar untuk penanggulangan bencana, antara lain untuk membantu perbaikan rumah warga serta membangun prasarana umum yang rusak. Sementara itu hujan merusak sejumlah ruas jalan di Cilacap dan Banyumas yang pada musim mudik Lebaran lalu telah ditambal, seperti pada ruas jalan masuk ke Kota Cilacap. Sejumlah bahu jalan pada ruas jalan kelas provinsi di wilayah Cilacap dan Banyumas ambrol. Kepala Unit Pelaksana Teknis Bina Marga Jateng untuk wilayah Cilacap dan Banyumas Priyono, Jumat, berjanji, Bina Marga akan segera memperbaiki jalan kalau cuaca cerah. Dari Malang, Jatim, dikabarkan, sebuah mushala dan rumah warga di Jalan Muharto Gang 3B, Jumat (9/11), rusak tertimpa tanah longsor pada Kamis malam. Kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Longsor terjadi sekitar pukul 19.30, setelah air Sungai Brantas meluber. Menurut saksi mata, Sukarlin (57), biasanya seusai shalat Isya masyarakat bertahan di Mushala Miftahul Jinnah di RT 13 RW 4 Kelurahan Kotalama, Kecamatan Kedungkandang, tersebut. "Namun malam itu tidak ada orang di sana, sehingga tidak ada korban jiwa," ujarnya. Di Kabupaten Malang ada tiga kecamatan yang rawan banjir, yaitu Kecamatan Ampelgading, Tirtoyudo, dan Sumbermanjing. Di Kota Malang terdapat 27 titik rawan bencana longsor, banjir, dan genangan air. Banjir dan longsor di DAS Memasuki musim hujan, masyarakat di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Bila, Walanae, Cenrana, Saddang, dan Jeneberang, serta yang berada di sekitar Pegunungan Latimojong dan Lompobattang, Sulawesi Selatan, diminta mewaspadai ancaman banjir dan longsor. Hal ini karena wilayah DAS dan dataran tinggi dalam kondisi sangat kritis akibat penggundulan hutan dan tingkat okupasi yang cukup tinggi. "Ada beberapa daerah yang harus diwaspadai, antara lain Sinjai, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, maupun Gowa yang berada di sekitar Pegunungan Lompobattang dan juga DAS Jeneberang. Wajo, Sidrap, Soppeng, dan Bone, luapan Danau Tempe juga harus diwaspadai, terutama terkait Sungai Bila, Walanae, dan Saddang, yang alirannya masuk ke Danau Tempe. Juga Sungai Cenrana yang menjadi jalur keluar Danau Tempe ke Teluk Bone,'" kata Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Tan Malaka Guntur, Jumat di Makassar. Dataran tinggi seperti Enrekang, Tana Toraja, dan wilayah Luwu juga terancam longsor karena berada di gugusan Pegunungan Latimojong dan sekitarnya. (MDN/DIA/REN) Post Date : 10 November 2007 |