PALEMBANG, KOMPAS - Banjir di Jalan Abi Kusno RT 33, Kelurahan 33 Ilir, Kecamatan Kertapati, akibat hujan deras tiga hari lalu belum surut. Ketinggian genangan air, Minggu (27/12), masih di atas mata kaki orang dewasa. Hal ini akibat buruknya sistem drainase di kawasan tersebut.
Menurut Ruswandi, salah seorang warga di RT 33, hujan turun pada Kamis mulai pukul 13.00 hingga pukul 16.00 dan berlanjut pukul 23.00 hingga pukul 06.00 keesokan harinya. Hal ini menyebabkan tinggi genangan air saat itu mencapai lutut orang dewasa.
Dibandingkan dengan kawasan lain di Jalan Abi Kusno, RT 33 menjadi langganan banjir setiap kali hujan turun. Kondisi ini dipicu dengan tidak adanya saluran pembuangan air di sekeliling lokasi banjir. ”Pada awal tahun 2000 daerah kami masih memiliki saluran pembuangan menuju anak Sungai Kemang Agung. Namun, saluran itu kini tertutup bangunan permanen yang dibangun warga,” tutur Ruswandi.
Hal ini diperparah dengan tidak adanya selokan di sepanjang bahu Jalan Abi Kusno. Padahal, selokan ini dibutuhkan warga sebagai aliran pembuangan air menuju Sungai Kemang Agung yang terletak di sebelah utara Kecamatan Kertapati.
”Sudah sering kami meminta dibuatkan got kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang, tetapi hingga kini tak digubris,” ungkap Abdul Manaf, warga RT 33 lainnya.
Selain itu, pemkot tidak membuat tempat sampah di sepanjang Jalan Abi Kusno. Akibatnya, banyak warga di kawasan tersebut yang membuang sampah sembarangan. Timbunan sampah semakin menghambat aliran air ke saluran pembuangan.
Menurut Arifin Hamid, salah seorang tokoh masyarakat, lingkungan RT 33 tidak pernah kering saat musim hujan. ”Meskipun hujannya cuma gerimis kawasan ini pasti akan langsung tergenang dan air tak pernah benar-benar surut,” katanya.
Sistem buruk
Buruknya sistem pembuangan air juga tampak di Jalan Jenderal Sudirman. Sebagai salah satu jalan protokol di Palembang, lebar lorong pembuangan air di pinggir jalan yang hanya sekitar 15 sentimeter kurang memadai. Apalagi jarak antarlorong pembuangan pun tidak beraturan. ”Setiap hujan turun lebih dari satu jam, genangan air baru surut setelah setengah hari,” kata Hafidz, tukang tambal ban di sekitar Simpang Kepolisian Daerah Sumatera Selatan.
Ancaman banjir tahun ini kembali mengintai kawasan Sekip Bendung, Kecamatan Kemuning. Revitalisasi terhadap Sungai Bendung hingga saat ini berkedalaman sekitar 10 meter, tidak diikuti dengan pengerukan anak Sungai Bendung. Menurut Madsuri Yahya, Ketua RT 12 Kelurahan Sekip Bendung, pemkot tidak pernah membersihkan anak Sungai Bendung sejak dibangun pada tahun 1995.
”Selama ini warga rutin membersihkan sampah di anak sungai dua minggu sekali, namun sia-sia karena kami tidak mampu mengeruk sedimentasi yang semakin parah,” ujar Madsuri. (RIZ)
Post Date : 28 Desember 2009
|