Kopenhagen, Kompas - Kepedulian warga dunia pada perubahan iklim dalam dua tahun terakhir menurun. Sebaliknya, ada peningkatan kepedulian di China, emiter terbesar gas rumah kaca. Hal ini terungkap dalam hasil jajak pendapat yang dipublikasikan Minggu (6/12) di Kopenhagen
Hasil jajak pendapat tersebut dikeluarkan hanya sehari sebelum dibukanya Konferensi Perubahan Iklim PBB (UNCCC) Pertemuan Para Pihak Ke-15 (COP-15) dalam Kerangka Kerja Konvensi tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) di Kopenhagen. Perhelatan ini dihadiri utusan dari sekitar 194 negara. Konferensi tersebut bertujuan mencari kesepakatan adanya skema baru untuk menghadapi ancaman perubahan iklim.
Survei yang dilakukan di 54 negara menunjukkan ada penurunan jumlah masyarakat yang sangat peduli pada perubahan iklim dan setuju dengan PBB dalam mengatasi perubahan iklim. Survei ini dilakukan Universitas Oxford/Nielsen pada Oktober 2009 yang menunjukkan, 37 persen atau lebih dari 27.000 pengguna internet di 54 negara mengatakan sangat peduli pada perubahan iklim. Jumlah ini menurun dari 41 persen pada jajak pendapat dua tahun lalu. Penurunan ini terkait dengan penurunan ekonomi dunia.
Peran Amerika Serikat
Amerika Serikat, emiter karbon terbesar dunia setelah China dan satu-satunya negara industri di luar skema Protokol Kyoto untuk pembatasan emisi, diharapkan dapat menekan jumlah pencemaran secara signifikan. Hal ini terkait dengan pernyataan Presiden AS Barack Obama yang ingin memotong emisi gas rumah kaca di negaranya, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil.
Ia berencana bergabung dengan lebih dari 90 pemimpin dunia di Kopenhagen pada akhir pertemuan tersebut untuk mengupayakan pencapaian kesepakatan yang baru.
Sementara itu, China, emiter gas rumah kaca terbesar, kepedulian penduduknya pada pemanasan global meningkat, yaitu dari 30 persen menjadi 36 persen. Survei juga menunjukkan, tingkat kepedulian tinggi di negara Amerika Latin dan Asia Pasifik, di antaranya tertinggi dicapai Filipina, yakni 78 persen.
Survei menemukan, polusi air dan udara serta perubahan iklim merupakan tiga masalah lingkungan yang menjadi perhatian masyarakat dunia.
Keterpurukan ekonomi
Jonathan Banks, Direktur Business Insights Nielsen Co di kawasan Eropa, khawatir perubahan iklim tidak akan menjadi fokus di Kopenhagen akibat keterpurukan ekonomi dunia.
Konferensi dunia ini akan kembali membahas dan mencari solusi dampak perubahan iklim, seperti masalah kelaparan, penyakit, kekeringan, banjir, badai, dan kenaikan permukaan laut.
Untuk mencapai tujuan itu, 192 anggota UNFCCC setuju mengekang penggunaan dan penambangan bahan bakar fosil, juga membangun jaring pengaman keuangan bagi negara miskin yang paling terkena dampaknya, dan menyediakan teknologi yang ramah lingkungan. (AFP/AP/YUN)
Post Date : 07 Desember 2009
|