|
Bandung, Kompas - Potensi longsor dan banjir akan lebih tinggi pada Maret 2005 karena curah hujan di wilayah Bandung dan sekitarnya diperkirakan lebih tinggi daripada Februari. Selama Februari 2005, curah hujan dua kali lipat dari normal. Demikian disampaikan Hendri Subakti, Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Kota Bandung, Jumat (25/2). Diungkapkan, curah hujan dari 1 hingga 25 Februari mencapai 382 milimeter. Normalnya, curah hujan 200 milimeter per bulan. "Sampai akhir Februari, diperkirakan curah hujan mencapai lebih dari 400 milimeter," ungkap Hendri. Curah hujan yang tinggi menyebabkan banjir di wilayah Bandung. Curah hujan tinggi pada Februari disebabkan oleh intensitas daerah penghasil awan tebal masih tinggi dan mendekati wilayah Jabar. Selain itu, angin monsun atau bertiupnya angin barat menuju timur yang membawa uap air masih terjadi. Selain itu, lanjut Hendri, suhu muka laut di Barat Sumatera masih hangat. Akibatnya, penguapan terus terjadi dan uapnya terbawa ke wilayah Jabar. "Oleh karena itu, antara Maret dan April, masyarakat harus waspada terhadap banjir dan longsor," ujar Hendri seraya menambahkan, longsor bisa dipastikan terjadi di Jabar jika curah hujan mencapai 55 milimeter per jam. Genangan banjir meluas Sebagai ilustrasi disebutkan, ketika terjadi longsor yang menelan korban jiwa lebih dari 100 orang di sekitar tempat pembuangan sampah akhir Leuwigajah saat itu curah hujan mencapai 81 milimeter per hari. Akibat curah hujan yang tinggi, jika aliran air tidak lancar, lahan pertanian kemungkinan akan tergenang. Genangan banjir antara 10 hingga 20 Maret mendatang diperkirakan akan bertambah. Disampaikan pula, Maret mendatang, curah hujan akan lebih besar karena suhu muka air laut di barat Sumatera masih hangat sehingga banyak terjadi penguapan. Produksi awan yang bergeser dari barat Sumatera ke Jabar pun tinggi. Keadaan diperparah oleh keadaan suhu muka laut pada umumnya di wilayah Indonesia yang lebih hangat dibandingkan dengan wilayah Pasifik India Timur. Akibatnya, uap air banyak diproduksi di Indonesia. Pada Maret dan April diperkirakan akan terjadi La Nina (badai yang menyebabkan curah hujan tinggi-Red), artinya sebagian Indonesia mengalami banjir. Daerah di Kabupaten Bandung yang harus diwaspadai banjir antara 10 Maret dan 20 Maret adalah Desa Cangkuang Wetan, Pasawahan, dan Sukapura. Tiga daerah yang semuanya masuk dalam Kecamatan Dayeuhkolot ini masuk kategori rawan banjir pertama. Kemudian kategori rawan kedua adalah Desa Dayeuhkolot dan Citeureup (Kecamatan Dayeuhkolot), Desa Buah Batu dan Jelengkong (Kecamatan Bojongsoang), dan Kelurahan Andir (Kecamatan Baleendah). Daerah rawan banjir pertama dan kedua akan membuat masyarakat harus mengungsi karena tingginya permukaan banjir. Dari 20 April hingga 30 April, daerah rawan banjir terjadi di Kecamatan Dayeuhkolot di Desa Cangkuang Wetan, Cangkuang Kulon, dan Sukapura. Belum surut Hingga Jumat, banjir di Kabupaten Bandung belum surut akibat hujan deras yang mengguyur sekitar pukul 15.00. Ketinggian air di beberapa lokasi mencapai dua meter. Banjir yang melanda wilayah itu sejak Sabtu pekan lalu menyebabkan sejumlah sawah dan harta benda penduduk terendam banjir. Akibatnya, puluhan ribu warga di daerah Bandung Selatan terpaksa harus bertahan di tempat pengungsian. Di Kawasan Rancaekek, Kabupaten Bandung, banjir tidak terlihat seperti biasanya. Padahal, daerah ini sebelumnya termasuk langganan banjir pada setiap musim hujan tiba. Genangan air hanya terlihat di beberapa ruas jalan setinggi mata kaki. Genangan air tersebut lebih disebabkan saluran air yang tersumbat sehingga air sulit mengalir. (Y09/LKT/UKI) Post Date : 26 Februari 2005 |