|
REMBANG, KOMPAS - Kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM memengaruhi jumlah pasokan air bersih di musim kemarau. Pasalnya, alokasi dana pasokan air yang sudah disepakati dalam APBD tanpa menghitung kenaikan harga BBM. Kepala Subbagian Sosial dan Kesejahteraan Bagian Kemasyarakatan Sekretariat Daerah Kabupaten Rembang Dwi Agung Prasetyo, Rabu (4/6), mengatakan, dana pasokan air bersih tahun ini sama dengan tahun lalu, Rp 300 juta. Pengajuan itu tanpa menimbang kenaikan harga BBM karena ketika itu pemerintah daerah belum mengetahui harga BBM akan naik. "Hingga awal Juni ini sejumlah daerah di Kabupaten Rembang masih cukup air karena musim hujan lumayan lama. Berbeda dengan Juni tahun lalu, permintaan pasokan air cukup banyak," katanya. Menurut Prasetyo, pasti terjadi penurunan jumlah pasokan air. Harga satu tangki air plus ongkos kirim dan makan sopir tahun 2007 Rp 130.000-Rp 135.000 per kirim. Kenaikan harga BBM menyebabkan harga melonjak menjadi Rp 175.000 per kirim. Jadi, dengan dana Rp 300 juta, Bagian Kemasyarakatan dapat mengirim 2.223 tangki air kapasitas 4.000-5.000 liter. Kini, dengan dana yang sama, pemerintah hanya dapat mengirim 1.715 tangki air. Berdasarkan data Bagian Kemasyarakatan Sekretariat Daerah Kabupaten Rembang, 122 desa di 14 kecamatan rawan kekeringan. Kekeringan terparah di Kecamatan Kragan, Sumber, dan Kaliori. Untuk mengatasi persoalan itu, Pemkab dan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Rembang menyediakan delapan truk tangki air kapasitas 4.000-5.000 liter. Pemkab memetakan sumber-sumber air, antara lain di Kecamatan Mantingan, Gunem, dan Sulang. Di Blora, Kepala Subbagian Kesejahteraan Bagian Sosial Sekretariat Daerah Kabupaten Blora Dasiran mengatakan, dana APBD 2008 untuk mengatasi kekeringan Rp 200 juta. Ada 94 desa di 14 kecamatan yang rawan kekeringan. Di Semarang, Kepala Seksi Banjir dan Kekeringan PSDA Jateng Noviyanto menilai, masyarakat sering memompa air secara liar di daerah aliran sungai. (hen/a08) Post Date : 05 Juni 2008 |