Jakarta, Kompas - Kementerian sektoral menjadi tumpuan upaya adaptasi perubahan iklim. Sementara Kementerian Lingkungan Hidup fokus mengkaji kerentanan dampak perubahan iklim dan membagikan hasil kajian kepada kementerian sektoral dan pemerintah daerah.
Hal itu disampaikan Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta di Jakarta, Senin (17/1), terkait kegagalan panen di sejumlah daerah. ”Adaptasi di sektor pertanian telah dijalankan Kementerian Pertanian dan adaptasi di sektor kelautan dijalankan Kementerian Kelautan dan Perikanan. KLH fokus mengkaji kerentanan dan mengupayakan sinkronisasi adaptasi,” kata Gusti.
Pada 2010, KLH menyelesaikan The Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit Indonesia dan Kajian Kerentanan Dampak Perubahan Iklim Pulau Lombok. Hasilnya, dampak perubahan iklim satu daerah berbeda dengan di daerah lain sehingga butuh adaptasi berbeda.
Kajian pada 2008 dan 2009 itu menunjukkan, kerentanan bencana dan risiko bencana di lima kabupaten/kota di Pulau Lombok saling berlainan. Dalam mengkaji dilakukan analisis dampak perubahan iklim terhadap sumber daya air, sektor pertanian, dan pesisir.
”Kajian itu memetakan daerah yang rentan kekeringan pada musim kemarau dan daerah yang rentan banjir pada musim hujan. Juga daerah yang akan terendam jika terjadi kenaikan paras muka laut. Hasil kajian disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat,” kata Gusti.
Fenomena perbedaan kerentanan dampak perubahan iklim di berbagai pesisir di Pulau Lombok seluas 4737 kilometer persegi itu, menurut Gusti, menunjukkan Indonesia butuh sebanyak mungkin kajian kerentanan perubahan iklim. Kini sedang dikaji kerentanan di Tarakan dan Sumatera Selatan. ”Kami berharap bisa membuat kajian kerentanan Pulau Jawa. Namun, kami memiliki keterbatasan dana. Kami sedang menjajaki kerja sama dengan Australia,” kata Gusti.
KLH juga menyusun kajian peta potensi serta risiko banjir dan longsor. ”KLH dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana akan bersama-sama mengunjungi sejumlah daerah untuk menyosialisasikan pemetaan risiko itu,” ujar Gusti.
Gusti menyatakan, hutan akan menjadi kunci untuk meminimalkan dampak perubahan iklim yang ekstrem. (ROW)
Post Date : 19 Januari 2011
|