SLAWI– Musim kemarau yang berkepanjangan telah menyebabkan bencana kekeringan di Kabupaten Tegal dan sekitarnya. Akibatnya, warga harus rela mencari sumber air lain, termasuk dari sungai untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
Rosmanah,45, warga Desa Penujah,Kecamatan Kedungbanteng, mengaku selalu memanfaatkan air sungai saat air sumur di rumahnya tak keluar banyak.Termasuk saat kemarau ini, dia harus rela bolak-balik Sungai Menyawak di desanya untuk mengambil air. ”Air sungai bisa saya gunakan untuk mencuci. Kadang mencuci pakaian, alat masak, ikan dan sebagainya,” katanya saat ditemui tengah mencuci ikan di Sungai Menyawak kemarin. Debit air Sungai Menyawak sebenarnya juga tidak banyak. Hanya menyisakan genangan air di beberapa titik. Bahkan, sesekali terlihat sepeda motor melintas melalui dasar sungai untuk menyeberang.
Warga lainnya Sumiati,40, juga menyatakan senada. Menurutnya, kekeringan melanda wilayahnya sejak empat bulan terakhir.Selain harus menghemat air,warga juga mengandalkan bantuan pasokan air dari pemerintah. ”Minggu siang tadi,kami baru mendapat bantuan pasokan air bersih,”katanya. Sementara itu Koordinator Balai Pelaksana Sumber Daya Air (BPSDA) Pemali-Comal Adi Setijono menegaskan,tingkat ketersediaan air di wilayah Tegal dan sekitarnya masih dalam tahapan mencukupi.
Misalnya Waduk Cacaban Tegal, volume airnya sekitar 10 juta meter kubik dengan tingkat elevasi atau ketinggian air 69,29 meter/detik dan pengeluaran air sekitar 2,5 meter kubik . ”Waduk ini masuk dalam tipe B yakni agak basah,”jelasnya. Dijelaskan, tiga tipe yang ada yakni tipe A adalah tipe basah yang dihitung pada setiap 15 April saat ini elevasinya 77,50 meter, tipe B adalah tipe agak basah yang sekarang elevasinya mencapai 76,34 meter,dan tipe C adalah tipe kering yakni elevasinya 74,80 meter. akrom hazami
Post Date : 26 September 2011
|