|
SUNGGUMINASA-- Direktur Utama (Dirut) PDAM Sungguminasa, Gowa, Hasanuddin Kamal mengaku optimis musim kemarau tahun ini tidak akan mempengaruhi suplai air bersih pada pelanggan. Kendati tingkat kekeruhan air Waduk Bilibili masih tinggi menyusul adanya endapan lumpur longsoran Gunung Bawakaraeng sejak satu tahun lalu, namun hal tersebut tidak akan memberi efek buruk terhadap pengelolaan air bersih. Menurut Hasanuddin, tingkat kekeruhan air saat ini berada pada kisaran 500 sampai 700 NTU. "Tapi itu bukan suatu persoalan. Kita sudah menghadapi tingkat kekeruhan seperti itu selama satu tahun terakhir," ujarnya via telepon, Selasa 14 Juni kemarin. Di Kabupaten Gowa sendiri, PDAM membangun empat unit IPA (instansi penjernihan air) masing-masing IPA Pandangpandang (kapasitas 200 liter/detik), IPA Borongloe (50 liter/detik), IPA Tompobalang (30 liter/detik) dan IPA Limbung (20 liter/detik). Selama ini, kapasitas yang terpakai rata-rata hanya setengah dari kekuatan masing-masing IPA. Meski demikian menurut Hasanuddin, keempat IPA itu tetap mampu menyuplai kebutuhan air bersih untuk sekitar 10.000 pelanggan, baik Sungguminasa dan sekitarnya maupun sebagian Makassar. Menurut dia, justru sekarang PDAM Sungguminasa lebih khawatir terhadap musim hujan. Betapa tidak, curah hujan yang tinggi dipastikan akan meningkatkan kekeruhan air Waduk Bilibili. "Itu sangat buruk bagi air baku Bilibili," paparnya. Kondisi tersebut telah terjadi pada musim hujan lalu. Sebagian besar pelanggan mengeluhkan air yang disuplai PDAM. Untuk mengatasi masalah tersebut, PDAM berharap pada pengadaan pompa terapung. Namun Hasanuddin mengaku tidak mengetahui persis perkembangan pengadaan pompa terapung tersebut. Pengadaan pompa terapung katanya, merupakan bantuan pemerintah pusat. "Kita tidak tahu kapan pompa terapung itu direalisasikan. Yang pasti, pompa itu sudah harus diwujudkan sebelum musim hujan mendatang. Kalau terlambat, masyarakat akan kembali mengalami masalah air bersih," tandasnya. Post Date : 15 Juni 2005 |