|
Tangerang Selatan, Kompas - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika wilayah II Ciputat, Kota Tangerang Selatan, memprediksi musim kemarau di wilayah Tangerang akan berlangsung hingga November mendatang. Musim kemarau yang berlangsung relatif lama ini mengakibatkan warga kesulitan memperoleh air untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sungai mengering dan sebagian besar rumput yang ditanam di pinggiran jalan, taman kota, dan kawasan terbuka hijau mengering. ”Data Juli lalu, kemarau akan berlangsung hingga November mendatang. Namun, hujan akan terjadi mulai akhir Agustus ini dengan intensitas sangat kecil,” kata Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Pondok Betung Sri Handayani di Tangsel, Selasa (28/8). BMKG memprediksi, musim kemarau tahun ini terjadi karena suhu permukaan air laut masih rendah. Hal tersebut mengakibatkan tak terjadi penguapan air laut sehingga hujan tidak turun. Suhu rata-rata di wilayah Tangerang antara 32 derajat dan 34 derajat celsius. Hari Rabu ini, menurut Handayani, pihaknya akan melakukan rapat di BMKG Ciputat untuk membuat prediksi perkembangan cuaca dan alam di wilayah Tangerang ke depan. Kemarau panjang mengakibatkan permukaan air Sungai Cisadane, Kota Tangerang, menurun. Sungai ini dimanfaatkan sebagai tempat penampungan air untuk wilayah Kota Tangerang dan sebagian Kabupaten Tangerang. Sampai pekan lalu, debit air Sungai Cisadane di Pintu Air 10 Tangerang berada di bawah 8 meter kubik per detik. Sementara itu debit air normal di tempat tersebut seharusnya di atas 12,5 meter kubik per detik. Berdasarkan pengamatan Kompas, aliran Sungai Cisadane Pintu 10 ke Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang dan Mauk hampir mengering. Akibatnya, warga terpaksa harus bergiliran menggunakan air dari pompa air umum yang tersedia di sekitar permukiman mereka. ”Ya, mau tidak mau harus antre menggunakan sumur pompa umum yang ada. Cuci bajunya digilir. Mandi sekali dalam sehari karena airnya terbatas. Sumurnya dimanfaatkan dua RT,” kata Sumirah (52), warga Selapajang, Neglasari, Kota Tangerang. Tanda-tanda kesulitan air juga mulai dialami sebagian warga di Kampung Saga, Desa Tobat, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang. ”Dalam sebulan ini, airnya menyusut. Sumur di rumah mertua saya dalamnya sekitar 15 meter. Namun, belakangan ini airnya tinggal sedikit. Kami terpaksa minta air ke tetangga yang sumurnya lebih dalam,” kata Fajar, warga Kampung Saga. Anggraini, warga di Pondok Maharta, Tangsel, mengatakan, sumur di rumahnya juga mulai berkurang airnya. Kondisi ini mulai terasa sejak sebelum Lebaran kemarin. ”Airnya keluar sedikit-sedikit sehingga butuh waktu lama untuk mengisi tandon,” kata Anggraini. Sebelumnya, General Manager Administrasi dan Pengembangan Usaha PDAM Tirta Al Bantani Achmad Rifai menjelaskan, pada kemarau ini pihaknya mengirimkan suplai air ke daerah-daerah wilayah Serang yang mengalami krisis air. Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie membenarkan, dampak kemarau panjang mengakibatkan sebagian besar rerumputan dan beberapa tanaman di wilayah Kota Tangsel mengering. Rumput dan sejumlah tanaman mengering hampir di pinggiran jalan, taman kota, dan kawasan terbuka hijau. Kondisi ini antara lain terlihat di sepanjang Jalan Raya Serpong hingga Bumi Serpong Damai. Juga terlihat di sepanjang Bintaro, Pamulang, Setu, dan Ciputat. Bahkan, rerumputan di kawasan hijau di Situ Gintung mengering. (PIN/CAS) Post Date : 29 Agustus 2012 |