|
GUNUNGKIDUL (KR) - Musim kemarau berkepanjangan yang melanda kawasan Gunungkidul belakangan ini, menyebabkan 37.825 Kepala Keluarga atau 131 ribu jiwa yang tersebar di 11 kecamatan mengalami kesulitan air bersih. Oleh karena itu saat ini masih dibutuhkan 'droping' air bagi mereka yang kekurangan. "Kami punya empat langkah untuk mengatasi kekeringan di daerah ini. Jika upaya tersebut tidak juga optimal, maka upaya terakhirnya adalah dengan memberikan droping air," kata Bupati Gunungkidul, Suharto, disela pemberian bantuan fasilitas air bersih oleh BNI, di Desa Pampang, Kecamatan Paliyan, Gunungkidul, Senin (12/12). Keempat langkah tersebut, kata Suharto, yang pertama adalah sistem pipanisasi dengan mengoptimalkan sumber air yang ada. Yang kedua, swadaya mandiri dengan memanfaatkan sumber air lokal yang dibiayai oleh Pemkab Gunungkidul dan pengelolaannya diserahkan kepada P3A atau kelompok masyarakat. Kemudian yang ketiga pembangunan bak air hujan dan langkah terakhir adalah melakukan 'droping' bagi penduduk yang belum terjangkau pipa dan tidak memiliki sumber air lokal. Bantuan yang diberikan oleh BNI kepada Pemda Gunungkidul berupa bak penampungan air bersih berkapasitas 15 ribu liter yang tersebar di 120 lokasi dan 6 unit mobil tanki air bersih berkapasitas 5 ribu liter. Adapun total dana yang diberikan lebih dari Rp 2 miliar. Menurut Dirut BNI Sigit Pramono, bantuan tersebut diambilkan dari anggaran Dana Bina Lingkungan BNI. Dana ini merupakan penyisihan dari laba bersih BNI pada tahun lalu. "Setiap tahun BNI menyisihkan 1 persen laba bersihnya untuk Dana Bina Lingkungan," tuturnya. Mengenai pemberian bantuan kepada Pemda Gunungkidul ini Sigit menyatakan bahwa secara geografis daerah ini merupakan wilayah yang setiap tahun mengalami kesulitan air bersih. Bantuan ini diharapkan dapat membantu Pemda dalam melakukan distribusi air bersih kepada warga masyarakat guna menunjang kegiatan sehari-hari. Ia juga berpesan kepada masyarakat setempat untuk menjaga aset yang diberikan BNI ini agar bermanfaat untuk jangka panjang. "Kulo nyuwun panjenengan sedaya purun njagi aset menika," kata Sigit. Dalam kesempatan yang sama juga dilakukan penandatanganan pemberian kredit kemitraan kepada 33 usaha kecil dan kelompok usaha di DIY. Para pengusaha kecil yang berasal dari 4 kabupaten, yakni Gunungkidul, Bantul, Kulonprogo dan Sleman, memperoleh kredit kemitraan sebesar Rp 966 juta. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya menyatakan bahwa bantuan dari BNI untuk masyarakat Gunungkidul merupakan upaya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kepedulian BNI, katanya, menunjukkan lembaga ini tidak sekadar lembaga profit, tapi juga menunjukkan kepeduliannya terhadap masyarakat. Sri Sultan berharap, dengan bantuan bak air dan mobil tanki serta kredit untuk usaha kecil dan menengah, masyarakat ikut handarbeni dan ikut memeliharanya. Dalam kesempatan tersebut juga diinformasikan bahwa telah ada kesepakatan dengan Pemerintah Jerman serta Universitas di negara tersebut untuk memperpanjang kontrak pengadaan air di Gunungkidul hingga 4 tahun kedepan. Dengan demikian pengeboran air bawah tanah, Bribin, akan dilanjutkan. Bahkan mulai bulan Mei tahun depan sudah bisa dioperasikan. "Jika selama ini masyarakat yang belum terjangkau pipa masih membeli air dengan harga rata-rata Rp 90 ribu per tanki, maka dengan dibangunnya Bribin dan diperluasnya jaringan pipa, maka masyarakat akan lebih irit. Setiap bulan masyarakat hanya mengeluarkan uang untuk air bersih berkisar Rp10 ribu hingga Rp15 ribu," papar Sri Sultan. (Awa/Ogi)-b. Post Date : 13 Desember 2005 |