|
CILACAP - Kini, Pemerintah Kabupaten mulai memantau wilayah yang selalu kekurangan air bersih pada musim kemarau. Langkah itu diikuti peningkatan konsolidasi antara Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda dan para camat di wilayah rawan kekurangan air bersih. ''Kami terus berkomunikasi dengan para camat. Jadi bila ada wilayah kekurangan air bersih, kami bisa segera menangani,'' kata Sumaryo. Dia menyatakan kondisi geografis Cilacap memungkinkan terjadi banjir dan longsor pada musim hujan dan kekurangan air saat kemarau. Jadi tidak mengherankan bila setiap tahun ada wilayah kekurangan air bersih. ''Itu bukan kekeringan, melainkan kekurangan air bersih. Hampir setiap tahun ada wilayah kekurangan air bersih,'' katanya. Wilayah itu meliputi Kecamatan Jeruklegi, Bantarsari, Kawunganten, Gandrungmangu, Cilacap Utara, Sidareja, Patimuan, Kroya, Nusawungu, Karangpucung, Kedungreja, Patimuan, dan Kampunglaut. ''Total ada 44 desa yang tersebar di 13 kecamatan itu.'' Dia mengemukakan warga di desa-desa rawan kekurangan air bersih menggunakan tandon untuk menampung air hujan. Air tandon mereka gunakan untuk memasak dan minum. Saat kemarau, curah hujan menurun dan persedian air tandon menipis dan habis. ''Mengonsumsi air dari sumber lain, seperti sumur, tak mungkin. Kualitas air tanah tak memungkinkan untuk dikonsumsi.'' Saat ini truk tangki air bersih milik pemerintah ada enam unit. Armada itu selama ini mencukupi untuk mengedrop air bersih ke berbagai wilayah. ''Dalam kondisi kritis, saat wilayah yang kekurangan air bersih sangat banyak dan pemerintah kewalahan, kami minta bantuan Pemerintah Provinsi Jateng,'' kata dia. Dengan cara itu, hampir setiap tahun kekurangan air bersih teratasi. Sementara itu, berdasar data Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda sampai kemarin, Kecamatan Bantarsari sudah mengajukan permohonan bantuan air bersih. Dalam surat permohonan disebutkan, Desa Binangun di kecamatan itu kekurangan air bersih. Aparat kecamatan meminta pengedropan air bersih dua kali seminggu. (G21-53) Post Date : 19 Agustus 2005 |