|
SIDOARJO - Musim kemarau ternyata bukan jaminan aman dari banjir. Kejadian yang menimpa dua desa di Kecamatan Porong contohnya. Gara-gara hujan deras yang mengguyur Kota Delta Senin malam, ratusan rumah di Desa Wunut dan Candi Pari tergenang air setinggi 30 cm. Hingga sore kemarin, genangan air belum surut. Air memang tidak sampai masuk rumah penduduk, tetapi rata-rata menggenangi seluruh halaman dan jalan desa. Warga setempat tidak bisa beraktivitas seperti biasanya. Sebagian warga sibuk menguras teras yang tergenang air. Menurut Soekarno, seorang warga setempat, banjir seperti itu tidak pernah terjadi sejak tujuh tahun terakhir. Banjir terjadi gara-gara avfour Ketapang meluap setelah Senin malam hujan mengguyur desa setempat dua kali. Masing-masing pukul 10.00-12.00 dan pukul 01.00-02.30 Selasa dini hari. "Ini sanggar seni saya sampai basah," kata Soekarno, yang dikenal sebagai seniman Sidoarjo. Gara-gara genangan air itu, menurut dia, sebagian sumur warga terkena rembesan air sungai hingga keruh. Sebagian tanaman tebu dan padi juga tergenang air. Kepala Dinas Pengairan Pemkab Sidoarjo Kamdani menjelaskan, banjir yang terjadi di Desa Wunut dan Candi Pari, Kecamatan Porong, itu terjadi akibat kelalaian petugas pengairan desa (jaga tirta) dua dam di Desa Gempol Sari dan Penatarsewu, Kecamatan Tanggulangin. "Penjaga dam tidak membuka dam karena tidak mengira hujan begitu deras. Ini kan musim kemarau," ungkap Kamdani. Kedua penjaga dam desa itu saat ditanya mengaku tidak tahu bahwa di atas (wilayah Porong) air sungai meluap. Padahal, curah hujan Senin malam dan Selasa dini hari itu tergolong lebat. Alat penakar hujan di Kecamatan Jabon mencatat curah hujan cukup tinggi meski musim kemarau. Selain kealpaan menutup dam, menurut Kamdani, banjir terjadi karena afvour Ketapang sudah dangkal. Pada 2005 ini, sebenarnya Dinas Pengairan sudah mengusulkan pengerukan. Tapi, anggarannya belum disetujui. "Dengan kejadian ini, saya akan mengusulkan lagi supaya terealisasi," kata Kamdani. (roz) Post Date : 22 Juni 2005 |