GUNUNGKIDUL– Musim kemarau yang melanda wilayah Gunungkidul membuat harga air bersih melambung tinggi. Masyarakat memilih membeli air bersih secara eceran. Saat ini harga satu tangki air bersih mencapai Rp110.000 hingga Rp125.000.
Kondisi ini menjadikan pekerjaan baru bagi pengecer air. Para warga membeli air eceran lantaran uang mereka tidak cukup jika harus membeli satu truk tangki air.Untuk satu jerigen air,warga harus menebus dengan uang Rp500. Para spekulan musiman ini mulai melirik usaha air eceran.
”Biasanya saya di telepon untuk mengirim air ke perseorangan. Kemudian oleh konsumen saya dijual lagi,” tutur Parto, salah satu pengemudi truk tangki air kepada wartawan kemarin. Dijelaskannya,para spekulan air tersebut biasanya memiliki bak penampungan besar.
Setiap tangki air datang langsung dimasukkan ke bak penampungan. Kemudian para tetangga sekitar baru datang untuk membeli sesuai dengan uang yang dimiliki. ”Biasanya warga datang membawa pikulan yang berisi dua jeriken.Jadi mereka membayar Rp1.000, ” ungkap Sakim salah satu pemilik Bak di Dusun Jambu,Hargosari, Tanjungsari.
Diungkapkannya, untuk setiap jeriken air,rata-rata berisi 25 liter air. Dengan demikian, setiap dua jeriken habis dalam waktu setengah hari.” Namun yang ambil rutin setiap hari ya satu pikul,”imbuhnya. Dilanjutkannya, selain untuk kebutuhan pokok, memasak, dan minum, air juga digunakan untuk kebutuhan minum ternak mereka.
Tidak jarang warga yang memilih tidak mandi, asal air bisa untuk minum keluarga dan ternak mereka.” Saat ini kan pakan ternak juga sulit jadi memang banyak kita berikan minum,yang lain ya nanti dulu,” ucap Rukimin warga yang lain. Selain mahal,warga memilih membeli air secara eceran lantaran masih banyak kebutuhan lainnya.
Kebutuhan sosial di masyarakat juga membutuhkan anggaran yang besar.” Banyak warga yang punya hajat.Jadi anggaran banyak tersedot untuk hal tersebut,” kata dia. Sementara, pemandangan kekeringan terlihat di Telaga Sureng, Desa Pacarrejo Semanu. Telaga besar tersebut kini debit airnya semakin menyusut.
Bahkan di beberapa sisi,sudah dimanfaatkan petani untuk bercocok tanam lantaran tidak lagi tergenang air.”Daripada tidak dimanfaatkan, kami manfaatkan untuk menanam palawija dan ketela,” tutur Sugi,warga Jasem,Pacarrejo.
Selain itu,dia dan beberapa warga juga menamam rumput. Langkah ini dilakukan untuk keberlangsungan hewan ternak yang mereka pelihara. suharjono
Post Date : 05 Juli 2011
|