|
SOLO (Media): Sebanyak 12 desa di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah (Jateng), mulai dilanda kekeringan. Akibatnya, warga kesulitan memperoleh air bersih. Dua belas desa yang kekeringan berada di Kecamatan Musuk, yaitu Desa Sangup, Jenowo, Dragan, Karanganyar, Sumur, Sukorejo, Keposong, Pagerjurang, Karangkendal, Sruni, Cluntang, dan Desa Lanjaran. Menurut salah seorang warga Desa Sangup, Suradji, kekeringan yang melanda desanya itu terjadi mulai awal Agustus lalu. Tetapi, katanya, ketika itu belum terlalu parah, karena sesekali masih ada hujan. ''Meskipun sudah mulai kering, ketika itu air tidak terlalu sulit. Tidak seperti sekarang ini, jangankan air sumur, air sungai saja sudah menyusut. Kalaupun ada, air sungai sangat keruh dan tidak bisa lagi diminum,'' ujar Suradji kepada Media, kemarin. Akibat kesulitan air bersih, katanya, beberapa warga terpaksa membeli dari daerah lain, seperti di Desa Tlatar dan Pengging dengan harga Rp2.000 sampai Rp3.000 per jeriken ukuran 30 liter. Sedangkan untuk keperluan mencuci dan minum ternak, mereka memanfaatkan air sungai. Suradji berharap Pemerintah Kabupaten Boyolali segera memberi bantuan air bersih seperti yang pernah dijanjikan. Harapan yang sama juga disampaikan Ngatmini, warga Desa Sukorejo. Menurut dia, kekeringan yang menimpa desanya saat ini tergolong parah dibanding tahun sebelumnya. Pada kemarau tahun lalu, meski kering, air bersih masih bisa diperoleh di wilayah ini. ''Kami hanya berharap pemerintah bisa memberikan bantuan secepatnya. Kalau tidak, ke mana lagi kami harus berharap,'' katanya. Kekeringan juga melanda Desa Oelnasi, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tengara Timur (NTT). Akibat kekeringan, sedikitnya 1.275 penduduk di desa ini kesulitan memperoleh air bersih untuk minum dan memasak. Penduduk sebanyak itu berdiam di enam kampung, yakni Kampung Tuahanak, Oelnasi, Fatukanutu, Saekase, Oepunu, dan Kampung Kiuana. Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, warga harus berjalan kaki ke sebuah sungai yang jaraknya sekitar dua kilometer (km) dari tempat tinggal mereka. ''Untuk minum saja sulit karena seluruh sumur sudah kering, apalagi mengharapkan air untuk mengairi sawah,'' kata Kepala Desa Oelnasi Melianus Toy kepada Media, kemarin pagi. Dia menyebutkan, warga terpaksa mengambil air di sungai karena sumur mereka sejak bulan lalu telah kering. (FR/PO/N-1). Post Date : 12 September 2005 |