Keluarga Korban Longsor Hidup tanpa Air Bersih

Sumber:Pikiran Rakyat - 14 Juli 2007
Kategori:Air Minum
SUMEDANG, (PR).-Belasan kepala keluarga (KK) asal blok Kamal Lendeuh, Desa Kamal, Kec. Tanjungmedar, Kab. Sumedang yang pindah ke Kampung Projek, selama lebih kurang 26 tahun ini, hidup tanpa mendapat fasilitas air bersih. Selama itu pula, warga yang dipindahkan pemerintah karena bencana longsor tahun 1982 ke lahan milik Pemprov Jabar yang kini disebut Kampung Projek, terpaksa memenuhi kebutuhan air bersihnya dengan cara mengambil dari sumber mata air atau membeli dengan harga mahal.

Sejumlah warga di Kampung Projek, yang ditemui "PR", Jumat (13/7), seperti Dahri (41), Ny. Rasih (46), dan Wana (63), menuturkan, kesulitan akan air bersih di kampung barunya itu telah berlangsung sejak mereka dipindahkan tahun 1982. Sebab, selain jauh dari sumber mata air, air bawah permukaan tanah di lingkungan permukiman itu juga tidak mampu terjangkau dengan sumur gali.

"Di sini ada seorang yang punya sumur gali dengan kedalaman sekitar 15 meter. Tetapi sumur itu hanya berisi air pada musim hujan dan airnya pun tidak begitu melimpah," tutur Wana.

"Percuma bikin sumur gali juga. Hanya buang-buang biaya," ujar Ny. Rasih menimpali ungkapan Dahri tadi, seraya berharap, pihak Pemkab Sumedang atau Pemprov Jabar membantu kesulitan air bersih warga Kampung Projek, dengan mengalirkan air melalui pipanisasi dari sumber mata air ke Kampung Projek.

Berdasarkan pengamatan serta keterangan dari sejumlah warga di kampung tersebut, untuk memenuhi kebutuhan air bersih, mereka biasa mengambil air dari mata air dan anak sungai kecil yang berjarak sekitar 500 meter dari kampungnya itu.

Akan tetapi, mata air itu pun, menurut mereka, hanya mengeluarkan air pada musim hujan. "Kalau sudah mulai kemarau seperti sekarang, kami biasa mengambil air bergeser ke Blok Ciomas sejauh 2,5 kilometer. Bahkan sampai ke mata air di Blok Cihayam Hideung berjarak sekitar 7 km dari sini," ujar Dahri.

Tak kunjung tiba

Malahan, menurut sejumlah warga lainnya, khusus untuk memenuhi kebutuhan air minum dan masak sehari-hari, baik pada musim kemarau maupun hujan, selama ini terpaksa membeli air yang bersumber dari mata air, Ciomas atau Cihayam Hideung.

Harga beli yang berlaku sekarang, Rp 5.000,00 per satu jeriken isi 20 leter air. Yakni berupa ongkos angkut mobil, yang sudah terbiasa melayani pesanan masyarakat Kampung Projek untuk mengambil dan mengangkut air bersih dari mata air Ciomas atau Cihayam Hideung.

Sementara itu, menurut mereka, untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus, sebagian besar masyarakat, biasa memanfaatkan air hujan yang mereka tampung dalam drum atau bak dari talang atap rumah. Sejumlah warga di kampung tersebut, kepada "PR" menyebutkan, masalah kesulitan air bersih di kampungnya itu sudah sering disampaikan serta memohon penanganan kepada pihak Pemkab Sumedang. Namun, bantuan fasilitas untuk ketersediaan air bersih yang selama ini diharapkan warga kampung tersebut tak kunjung tiba. (A-91)



Post Date : 14 Juli 2007