|
JAKARTA -- Perusahaan milik keluarga Jusuf Kalla, Intim Group, bekerja sama dengan Associa Corp., Jepang, menawarkan mesin pengolah sampah kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. "Mesin ini bisa membantu mengurangi beban angkutan sampah," kata Presiden Direktur Intim Group Halim Kalla kepada wartawan. Halim, adik Wakil Presiden Jusuf Kalla, mengatakan, jika setiap kelurahan memiliki mesin itu, sampah tidak harus jauh-jauh diangkut ke tempat pembuangan akhir, seperti ke Bantargebang, Bekasi. Dalam acara peragaan mesin pengolah sampah itu di kantor Dinas Kebersihan, Cililitan, Jakarta Timur, Halim menjelaskan mesin tersebut mengolah sampah dengan teknik pembakaran tanpa menimbulkan asap. Ketika Tempo menyaksikan peragaan mesin itu, tak terdengar suara bising dan tak tercium bau asap sampah. Mesin berdimensi tinggi 1,5 meter, panjang 4 meter, dan lebar 1,5 meter itu mengolah sampah dengan teknik pembakaran. Cara kerjanya, sampah dimasukkan ke ruang tungku, kemudian mesin bertenaga listrik itu memantik api untuk pembakaran. Halim mengaku telah membeli paten mesin pengolah itu dari Associa Corp. "Nanti mesinnya 100 persen buatan Indonesia," kata Halim. Dia menjelaskan mesin itu dapat beroperasi 24 jam terus-menerus, selama bahan pembakarnya, ziolit, diisi ulang setiap tiga jam. Sisa pembakaran sampah berupa serbuk bisa diolah sebagai bahan baku pembuat papan. Mengapa memilih teknologi pembakaran? "Karena saya peduli lingkungan. Saya sudah putar-putar cari teknologi pengolahan sampah. Ini yang terbaik dan tidak mencemari lingkungan," ujar Halim. Saat ditanya berapa nilai investasi mesin itu, Halim mengaku belum menghitungnya. "Kalau ditaruh satu mesin per kecamatan, ya, sekitar Rp 10-15 miliar," kata Halim. Idealnya, menurut dia, satu kecamatan memiliki satu mesin pengolah sampah jenis ini. Saat ini mesin tersebut baru dapat mengolah sampah dengan kapasitas 6 meter kubik. "Nanti akan kami kembangkan hingga 150 meter kubik," ujarnya. Untuk mesin dengan kapasitas 150 meter kubik, lahan yang dibutuhkan 150 meter persegi. Wakil Kepala Dinas Kebersihan Iskandar Manik mengaku tertarik dengan teknologi yang ditawarkan mesin pengolah sampah itu. "Mesin itu tidak menghasilkan asap sama sekali sehingga tidak mencemari udara," ucapnya. "Sisa olahan berupa tar juga bisa dijual." Menurut Manik, pihaknya membutuhkan mesin berdaya tampung 150 meter kubik atau timbunan sampah dari satu kelurahan. Hingga kini, Dinas Kebersihan belum memutuskan apakah akan menerima tawaran itu atau tidak. "Ini kan baru uji coba, kami perlu analisis lebih dalam," ujarnya. REZA MAULANA Post Date : 10 Agustus 2007 |