|
Dari semua wilayah yang ada di Kota Bandung, wilayah Bandung Barat paling banyak menimbulkan sampah. Data dari Satuan Penelitian PD Kebersihan menunjukkan hal itu. Jumlah sampah total yang dihasilkan dari wilayah Bandung Barat adalah 1065,57 m3/hari atau 1.065.570 liter sampah/hari, jika dihitung di TPS-TPS di wilayah itu. Jika diasumsikan satu meter kubik sampah setara dengan berat 200 kg, wilayah Bandung Barat menghasilkan sekitar 213.114 kg sampah setiap harinya. Peringkat kedua diduduki wilayah Bandung Tengah yang menimbulkan sampah 904,91 m3/hari atau 904.910 liter sampah setiap hari atau seberat 180.982 kg. Sedangkan wilayah Bandung Timur menghasilkan 814,52 m3 atau 814.520 liter sampah setiap hari atau seberat 162.904 kg sampah. Untuk menghadapi persoalan sampah, warga Griya Cempaka Arum Muhammad Tabroni berpendapat, mendorong warga untuk mengelola sampah secara mandiri tidaklah mudah. Seringkali dijumpai hambatan berupa lemahnya kesungguhan dan konsistensi untuk mengelola sampah di rumah tangga. Dia memberi contoh, setahun lalu warga di perumahannya bersemangat untuk mengelola sampah sendiri. Awalnya, 150 rumah bergabung dalam gerakan itu, setahun kemudian sekitar 80 rumah yang tetap konsisten. "Persoalannya, inisiatif warga sering tidak dihargai pemerintah. Andai saja warga yang mau mengelola sampah sendiri diberi insentif dan subsidi, mungkin mereka akan tetap bersemangat melakukannya. Kenyataannya saat ini, warga yang mau mengelola sampah secara mandiri tetap ditarik retribusi sampah," katanya. Tanpa pendampingan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat, gerakan untuk mengelola sampah secara mandiri memang riskan untuk cepat berhenti. Pasalnya, seringkali ada warga yang gagal melakukan proses pengomposan sehingga banyak belatung di lingkungan rumahnya, juga ada perasaan bahwa mengelola sampah menjadi tambahan pekerjaan di rumah masing-masing. "Itu kenapa kami ingin ada program dan regulasi yang mengatur tentang perilaku mengelola sampah sejak hulu hingga hilir, agar gerakan mengelola sampah itu tidak parsial dan bisa terus dilakukan," ujarnya. Dia juga yakin, pengelolaan sampah di sumbernya adalah solusi yang paling baik karena tidak melanggar prinsip keadilan. Artinya, mereka yang menghasilkan sampah harus menanggung risiko untuk mengelola sampahnya sendiri. (Zaky Yamani/"PR") Post Date : 31 Januari 2008 |