|
AKSI yang dilakukan warga Genteng dan Keputih bisa menjadi contoh kemandirian warga dalam berburu air bersih.Limbah rumah tangga yang selama ini hanya jadi aliran racun disulapnya menjadi air bersih yang bisa dipakai untuk aktifitas sehari- hari. Ya, kelurahan kecil di Genteng dan Keputih itu tak ingin larut dalam kesedihan ketika kesulitan berburu air bersih. Berawal dari borosnya uang rumah tangga untuk membeli air membuat mereka berpikir banyak cara untuk berhemat. Ia yang sehari-hari dipakai untuk mandi, minum, memasak, dan mencuci pakaian terus membengkak. Bahkan, kebutuhan air semakin bertambah ketika mereka rajin menyiram tanaman, bunga sampai mencuci sepeda motor. Kalau semua kebutuhan itu dipaksakan, maka pengeluaran untuk biaya membeli air PDAM terlalu tinggi. Untuk menghemat itu, warga bahu-membahu untuk membuat unit pendaur ulang limbah.Mereka mengubah air limbah rumah tangga seperti bekas mandi, bekas cucian, sampai air yang ada di selokan. Hasilnya, air yang kotor itu bisa diubah menjadi air yang bersih. “Air itu yang dipakai untuk cuci motor, siram tanaman, sampai kebutuhan pendukung lainnya.Jadi lebih hemat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga,” kata Sholeh Wardoyo salah satu warga Keputih. Ada dua kotak penampung air yang diletakkan di selokan. Kedua kotak itu akan mengangkat air untuk dijernihkan melalui alat pengelolaan limbah. Setelah dikelola dengan rentetan teknologi, maka warga bisa memanfaatkan air itu untuk dialirkan ke tiap rumah sebagai kebutuhan air pendukung. Pakar Pengelolaan Limbah Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Ir Joni Hermana menuturkan, investasi untuk penyelamatan lingkungan, terutama air di Indonesia masih kurang. Harusnya, tiap tahun ada Rp50 ribu tiap warga yang disimpan sebagai investasi untuk lingkungan. “Sayangnya itu belum bisa dilakukan,kurangnya ketegasan pemerintah dalam menyelamatkan lingkungan menjadikan air bersih sulit didapat,” katanya. Saat ini, lanjutnya, kemandirian warga untuk mencari air bersih dan berbuat sesuatu yang bisa mencukupi pasokan air yang layak bisa dilakukan. Salah satunya dengan memasang alat pengubah air limbah menjadi air bersih di tiap kampung. Bahkan,inisiatif dari warga untuk mencari air bersih cukup tinggi. Terbukti, ia beberapa kali didatangi warga yang meminta dibuatkan alat untuk mengelola limbah rumah tangga. “Ketika saya tanya mereka sudah siap anggarannya.Ternyata dana yang diperoleh dari CSR sebuah perusahaan.Tapi ini nilai lebih yang bisa didapat warga untuk mencari air bersih,” jelasnya. Bahkan, lanjutnya, ke depan ada 25 kampung di Surabaya yang akan menerapkan teknologi pengelolaan limbah untuk menjadi air bersih.Kampung- kampung itu nantinya akan mandiri dalam mencukupi kebutuhan air tambahan. “Salah satunya nanti di kampung Gundih, adanya kemandirian ini membuat warga bergerak maju untuk memenuhi kebutuhannya,”tegasnya. aan haryono Post Date : 25 Juni 2012 |