|
PROBOLINGGO - Pemkot Probolinggo punya mitra baru dalam urusan pengelolaan lingkungan. Ada Yayasan Danamon Peduli yang siap menjalin kerja sama pengelolaan sampah di pasar-pasar menjadi kompos. Itu terungkap kemarin ketika Yayasan Danamon Peduli Jakarta datang ke Pemkot Probolinggo. Dari yayasan tersebut hadir Risa Bhineka Wati, Lintang dan Widodo, alumnus UGM Jogjakarta yang jadi pendamping proyek itu. Mereka datang untuk menyosialisasikan program tersebut. Di ruang Sabha Bina Praja, mereka ditemui Sekda Bandyk Soetrisno, Asisten Pembangunan Matalil, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Johny Hariyanto dan sejumlah staf BLH. Hadir juga saat itu anggota Papesa (paguyuban pengelola sampah). Dalam kesempatan itu, SekdaBandyk Soetrisno menyatakan bahwa pengelolaan kompos memang sudah ada di UPTD komposting (di bawah BLH). "Mesin juga kami sudah punya. Tapi tidak banyak. Kalau yang di pasar-pasar seperti program Danamon Peduli ini kami belum punya. Ini berarti ada sinkronisasi antara program pemkot dan Danamon," ujar Bandyk. Sedangkan Risa Bhineka Wati menyebutkan, proyek pengelolaan kompos di pasar ini sudah dilakukan di Bantul dan Sragen. "Kami yakin dengan proyek ini ada keuntungan ekonomis yang diterima oleh masyarakat. Misalnya mengurangi pengangguran dan menyejahterakan petani. Sehingga petani tidak akan lagi mengalami kelangkaan pupuk," terangnya. Selama proses kerjasama ini pihak Yayasan Danamon Peduli terus melakukan pendampingan sejak pemilahan hingga menjadi kompos. Risa menuturkan, program ini bisa dipertanggung jawabkan. Demi kualitas terbaik, ada uji coba laboratorium setiap kali proses. Selain pendampingan dan support pembekalan, yayasan ini juga akan siap memberikan investasi awal dana sebesar Rp 70 juta hingga Rp 80 juta. Sebagai rincian, desain rumah kompos Rp 40 juta - Rp 50 juta, mesin dan pelatihan operasional Rp 15 juta - Rp 20 juta, pelatihan pembuatan kompos Rp 5 juta dan modal sebesar Rp 7,5 juta. Risa menggambarkan, memproses satu ton sampah bisa menghasilkan 400 kg pupuk kompos. Diusahakan dalam satu harinya, tiap pengelolaan kompos di pasar memproduksi 2 ton sampah. Jika volume sampah dibawah 1 ton, maka persediaan mesin pembuatan kompos akan diganti yang lebih kecil. "Banyak peluang dalam program ini. Kami buktikan bahwa program ini akan berhasil," tambah Risa yang kemarin mengenakan busana motif batik bunga itu. Perwakilan Yayasan Danamon Peduli ini juga menjelaskan beberapa tahapan yang akan dilalui. "Setelah tahap ini, kami akan melakukan MoU dengan Pemkot Probolinggo," tutur Risa. Di Jawa Timur beberapa daerah di wilayah ini yang menjadi sasaran program Yayasan Danamon Peduli. Yakni Pacitan, Banyuwangi, Sidoarjo, Tulungagung termasuk Kota dan Kabupaten Probolinggo. Selain itu, replikasi selanjutnya ada di 35 kabupaten di Indonesia. Pada kesempatan itu, Bandyk menuturkan jika di kota Probolinggo memiliki banyak pasar. Tujuh di antaranya pasar yang dikelola langsung oleh pemerintah, sementara banyak sejumlah pasar yang dikelola sendiri oleh desa. Sekdakot juga sempat menyinggung soal dana yang bakal dipergunakan untuk proyek tersebut. Yang jelas, katanya, APBD tidak menyediakan anggaran untuk ini karena saat ini anggaran tengah diproses oleh Pemprov Jatim. Jika memang BLH membutuhkan dana, dipersilahkan mengubah asal tidak mengurangi jumlah angka yang diplafonkan untuk BLH. "Khawatir kalau tidak ada dananya, program ini tidak akan jalan," tutur Bandyk. (fa) Post Date : 20 Agustus 2008 |