|
GEMPOL - Pascalebaran di Desa Jeruk Purut, Gempol Kabupaten Pasuruan dilalui dengan kesulitan. Musim kemarau yang panjang membuat mereka kesulitan mendapatkan air bersih. Bahkan kemarin malam, warga dua dusun di desa itu nyaris gegeran akibat rebutan air bersih. Malam itu sejumlah warga Dusun Dieng sempat mendatangi Dusun Genengan. Warga Dusun Dieng merasa sumber air yang biasanya diharapkan dari daerah dataran atas di Dusun Genengan tersumbat. Sehingga, pada daerah yang lebih rendah seperti Dusun Dieng dan Karang Nongko tidak mendapat suplay air bersih. Akibatnya, beberapa hari kemarin air sempat macet dan tidak mengalir sama sekali. Kondisi inilah yang membuat warga Dusun Dieng muntab. Mereka lantas berkonvoi dan melurug warga Dusun Genengan yang dianggapnya menghambat aliran air. "Wong, nggak dihambat saja airnya cur-pet (mancur mampet). Lha kok ada kabar di atas sana dihambat. Kan kasihan yang dataran bawah," ujar Partono, salah satu warga Jeruk Purut yang sedang mengantre air bersih kemarin. Namun, beruntung gegeran antarwarga dua dusun itu bisa dihindari, setelah beberapa perangkat desa terjun ke lokasi. Kades Jeruk Purut Muchtar berusaha menengai permasalahan dengan meminta para warga desa di empat dusun yakni Dusun Dieng, Karang Nongko, Genengan dan Gedang untuk bisa berkumpul di Balai Desa. Pertemuan ini digagas sebagai langkah antisipasi agar tidak terjadi aksi lanjutan. Pihak desa juga berusaha mencarikan solusi atas kondisi kekurangan air bersih yang dialami warganya ini. "Kondisi ini sudah berbulan-bulan kita alami. Mungkin sudah empat bulan ini. Kadang air itu ada, meskipun sedikit. Tapi, seringkali mampet," tukas Sihab, salah satu warga lainnya. Kalau mampet, terus bagaimana? Sihab menambahkan, sebagian warga terpaksa membeli air galonan untuk persediaan minuman. Kekurangan air bersih ini dirasa sangat memukul beban warga disamping kenaikan BBM yang juga mereka rasakan. "Jangankan untuk mandi, Pak. Wong untuk minum saja, kadang ada, kadang tidak. Kalau mau mandi, ya ke lepen (sungai kecil) sana. Jaraknya sekitar dua kiloan dari sini," ujar lelaki berusia 59 ini. Kondisi ini membuat para warga di dua dusun di dataran yang lebih rendah yakni Dusun Dieng dan Karang Nongko merasakan beban cukup berat. Setiap pagi, siang maupun petang, para warga menantikan saluran air bersih yang sewaktu-waktu mengalir dari kran yang terpasang. Saluran air di empat dusun di desa Jeruk Purut itu didapat dari Sumber mata air abadi, Sumber Tetek yang berada di kaki gunung Penanggungan. Sementara, dua dusun lainnya, yakni Dusun Genengan dan Gedang memang tidak merasakan imbas dari kekuarangan air bersih ini. Dua dusun ini berada di dataran lebih atas dari dua dusun lainnya. Lokasi dusun ini juga agak berdekatan dengan sumber mata air yang bertahun-tahun mengaliri warga desa Jeruk Purut ini. "Kalau ngebor sumur sih dalamnya harus ratusan meter. Ya, ada sih yang ngebor. Tapi, untuk warga dusun seperti kita, ya nggak kuat bayarnya. Sehingga, untuk makan-minum, ya hampir semua warga disini mengandalkan suplay air dari sumber mata air," tandasnya. Berdasarkan pantauan Radar Bromo di lokasi kekeringan di desa Jeruk Purut ini, ada belasan kran air yang dipasang di sepanjang dusun. Namun, kemarin hanya tiga yang dialiri air. Itupun air yang mengucur tidak begitu lancar. Untuk satu timba pengisian air saja, membutuhkan waktu sekitar seperempat sampai setengah jam. Namun demikian, warga tetap rela mengantre. "Asalkan dapat air untuk makan-minum, nggak masalah Pak, meskipun nunggu berjam-jam. Dari pada beli air, mahal. Ya, tolonglah ini diperhatikan oleh pemerintah," tukas Bu Siti, wanita paro baya sambil memanggul air yang sudah terisi di atas kepalanya. (day) Post Date : 09 November 2005 |