|
Klaten:Kekeringan mulai mengancam sejumlah daerah di Kabupaten Klaten dan Wonogiri, Jawa Tengah. Di Klaten yang selama ini dikenal sebagai sentra penghasil beras, ratusan hektar tanaman padi milik petani terancam puso karena kekurangan air. Petani yang selama ini mengandalkan air irigasi kesulitan mengairi sawahnya karena volume jatah air yang tersedia tidak memadai. Petani terpaksa harus menerima giliran seminggu sekali untuk mendapat aliran air, dengan membayar antara Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu. "Kondisinya sudah siaga satu, kalau sebulan ini tidak mendapat cukup air maka bisa puso tanaman padi petani," ujar Ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Dharma Tirta Sumartono, kemarin. Martono menyebutkan, di Desa Kuwarasan Kecamatan Juwiring saja terdapat 127 hektar lahan padi berumur sekitar 2-3 minggu yang tidak lagi mendapat aliran irigasi. Petani di daerah Delanggu juga harus berbagi giliran mendapatkan air dengan petani di bagian bawah. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten Parwadi mengakui sejumlah lahan pertanian di Klaten merupakan daerah rawan kekeringan. Berdasarkan pemetaan yang dilakukan, daerah rawan kekeringan tersebut meliputi Kecamatan Bayat seluas 584 hektar, Cawas (390), Karangdowo (326), Gantiwarno (124), dan beberapa kecamatan lainnya yang tingkat kerawanannya lebih sedikit karena di bawah 20 hektar. Sementara itu, di Wonogiri kekeringan yang dirasakan warganya baru dalam taraf permulaan. Menurut Kepala Kecamatan Pracimantoro Teguh Setyono, permintaan droping air bersih ke PDAM unit Pracimantoro masih terbatas. "Saya kira masih belum sampai krisis, wajar kalau 1,5 bulan tidak ada hujan membuat tandon air atau telaga berkurang isinya," ujar Teguh saat dihubungi. Imron Rosyid Post Date : 24 Mei 2005 |