|
YOGYAKARTA, (PR).Memasuki musim kemarau, sekira 14 dari 18 kecamatan di Kabupaten Gunungkidul Jawa Tengah sudah mengalami kekurangan air bersih. Bahkan sekira 85 persen dari 262 telaga yang ada sekarang ini, kondisinya sudah kering. Padahal telaga tersebut merupakan sumber utama penyediaan air bersih bagi warga setempat. Sejumlah kecamatan yang mulai mengalami rawan air bersih, di antaranya Kecamatan Girisubo, Tepus, Ponjong, Tanjungsari, Saptosari, Rongkop, Panggang, Semanu, Paliyan, Purwosari, Gedangsari, dan Karangmojo. Dalam upaya mengatasi kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul, Rabu (8/6) mulai melakukan dropping air bersih. "Kami sudah mengajukan permohonan dropping air bersih sejak beberapa waktu lalu. Tetapi baru dilaksanakan mulai hari ini. Kami berharap bantuan ini terus berlanjut," kata Camat Saptosari, Cahyadi Sunaryo kepada wartawan, kemarin. Dikatakannya, dari 60 dusun yang terdapat di wilayahnya, saat ini tercatat sekira 40 dusun yang minta dropping air bersih. Diperkirakan kekeringan tersebut akan semakin meluas, karena sekarang baru memasuki awal musim kemarau. Selama ini, lanjutnya, warga hanya mengandalkan telaga sebagai sumber air bersih. Dengan datangnya musim kemarau, otomatis telaga menjadi kering. Dari 15 telaga yang ada, tinggal dua telaga yang masih menyisakan sedikit air, yakni telaga Ngomang dan telaga Bacak. Namun ironisnya, air telaga tersebut sudah kotor, dan tidak layak dikonsumsi. Gagal panen Cahyadi Sunaryo mengaku sangat prihatin atas nasib warganya yang belakangan ini kekurangan air bersih. Hal itu disebabkan sebagian besar warganya adalah petani yang saat ini juga ditimpa kesulitan akibat gagal panen. Adanya kondisi tersebut mengakibatkan petani juga mengalami penurunan daya beli. "Untuk mencukupi kekurangan air bersih, tidak sedikit warga yang terpaksa membeli air dengan harga yang cenderung terus naik. Satu tanki air bersih isi 5000 liter dihargai sekira Rp 60.000,00 s.d. - Rp 90.000,00, bergantung lokasi. Sudah banyak warga yang minta dropping air bersih, dan sudah kami sampaikan ke Pemkab Gunungkidul," tuturnya. Pejabat Bupati Gunungkidul, Djoko Budi Sulistyo, mengatakan pihaknya telah menyiagakan 12 tanki pengangkut air bersih. Targetnya, setiap kendaraan mampu menyuplai air bersih sebanyak lima kali dalam sehari atau sekira 60 lokasi. Menghadapi kekeringan ini, lanjutnya, Pemkab Gunungkidul telah menganggarkan dana sekira Rp 500 juta. " Kami mencoba memenuhi semua permintaan air bersih. Namun karena terbatasnya armada, maka dropping air bersih harus dilakukan secara bergantian. Saya kira warga juga bisa memahami kondisi ini," tutur Djoko di sela-sela meninjau dropping perdana air bersih di Desa Monggol, Saptosari. Sementara itu, Kepala Bidang Ekonomi Pembangunan Pemda Gunungkidul, I Ketut Santoso mengatakan, dropping air bersih tersebut semuanya gratis. Dana untuk membeli air diambilkan dari anggaran yang telah disediakan oleh Pemkab Gunungkidul lewat APBD. "Dropping air bersih ini untuk warga yang kurang mampu," katanya. (A-101) Post Date : 11 Juni 2005 |