|
GUNUNGKIDUL - Sebanyak 13 dari 18 kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengalami kekeringan. Bahkan air bersih di sumur warga juga sudah mengering. Tiga belas kecamatan itu adalah Kecamatan Wonosari, Gedangsari, Patuk, Purwosari, Girisobo, Palihan, Panggang, Rongkop, Tepus, Tanjungsari, Playen, Saptosari, dan Semanu. Untuk mengatasinya, Pemerintah Gunungkidul, lewat Dinas Sosial, mengupayakan bantuan air bersih, terutama kepada warga kurang mampu. "Kami mengoperasionalkan 18 tangki air bersih," kata Syamsul Bahri, Kepala Bidang Sosial Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Gunungkidul, melalui telepon kemarin. Dari 18 mobil tangki itu, 13 mobil tangki disebar ke 13 kecamatan yang tingkat kekeringannya parah. Sisanya dikelola Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat. "Airnya, diambil dari sumber air yang dikelola Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Gunungkidul. Menurut Syamsul, bantuan itu untuk menekan harga air bersih yang dikelola swasta, yang harganya mencapai Rp 250 ribu per tangki isi 5.000 liter. Sebagaimana biasa, musim kemarau membuat sebagian besar warga Gunungkidul membeli air bersih. Satu tangki air dijual dengan harga bervariasi, sesuai jarak tempuh. Harga termurah Rp 80 ribu, termahal Rp 250 ribu. Sementara Gunungkidul masih punya sumber air bawah tanah yang melimpah, PDAM Boyolali akan memanfaatkan sumber air. Kini dua dari empat sumber air itu debit airnya tinggal 12 liter per detik. "Yang menyusut Sungai Kintel di Kecamatan Musuk dan Sungai Pantaran di Kecamatan Ampel," kata Kukuh Hadiatmo Ssi, Direktur Teknis PDAM Boyolali, kepada Tempo di kantornya kemarin. Debit air Sungai Kintel berasal dari lereng Gunung Merapi. Pada musim hujan, kata dia, debit airnya mencapai 50 liter per detik. Padahal yang dipakai hanya 40 liter per detik. Sungai Pantaran, dari debit 50-60 liter per detik, hanya digunakan 30 liter per detik. Tapi pada puncak musim kemarau, antara Agustus-September bahkan Oktober nanti, debitnya bisa tinggal 4-5 liter per detik. "Boleh dibilang debitnya enggak ada," kata Kukuh. Dua sumber air lainnya, Sungai Tlatar di Kecamatan Mojosongo dan Sungai Nepen di Kecamatan Teras, debit airnya relatif normal. Tlatar 600 liter per detik, yang dipakai 100 liter per detik, dan Nepen 30 liter per detik, hanya digunakan 10 liter per detik. Dari sumber air itu, PDAM Boyolali akan melakukan droping air bersih gratis ke 20 ribu pelanggan di daerah kekeringan. Tapi, kata Kukuh, kini ada 325 pelanggan di Kelurahan Penggung, Kecamatan Boyolali, yang dinonaktifkan karena aliran air PDAM tak bisa sampai ke rumah. Bagi yang bukan pelanggan, droping air dikenai tarif, untuk kota Rp 74 ribu, untuk Kecamatan Cepogo dan Musuk Rp 170 ribu. MUH SYAIFULLAH | PITO AGUSTIN RUDIANA Post Date : 09 Juli 2008 |