|
JAKARTA - Sejumlah desa di Jawa Tengah dan Jawa Timur kekeringan. Akibatnya, penduduk kesulitan memperoleh air bersih dan lahan pertanian tidak dapat diolah. Bahkan tak sedikit tanaman padi yang rusak. Tidak kurang dari 26 desa di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, kini dilanda krisis air bersih. Bak-bak penampungan mulai kering, sehingga warga terpaksa membeli air bersih dari pedagang keliling seharga Rp 50.000 per tangki. Menurut Kepala Bagian Sosial Pemkab Klaten H Wagiono SIP, Senin (20/6), pemda setempat sudah mendrop air untuk warga. Setiap hari, kecuali Minggu, didrop 12 tangki air untuk tiga desa. Setiap desa memperoleh jatah empat tangki air. Triyono, warga Ngemplak, Kecamatan Karangnongko, Klaten, mengatakan, tempat penampungan air di desanya sudah kering. Warga terpaksa membeli air dari pedagang keliling. Masalahnya, mereka tidak bisa sepenuhnya mengharapkan dari pemkab karena jumlahnya tidak mencukupi.Sedang warga yang tidak mampu membeli air bersih terpaksa berjalan kaki beberapa kilometer untuk mencari sumber air. Cukup Parah Sedikitnya 32 hektare tanaman padi dan jagung di Kecamatan Semen, Banyakan, Mojo, Kabupaten Kediri, Jatim, kini kekeringan yang cukup parah. Kondisi yang sama juga terjadi di Kabupaten Blitar dan Tulungagung. Bupati Kediri Ir Sutrisno didampingi Kabag Humas Drs Sigit Rahardjo MSi menjawab pertanyaan wartawan, Selasa (21/6) pagi, membenarkan terjadinya kekeringan itu. ''Kawasan sisi barat Sungai Brantas memang sulit ditangani irigasinya karena berada di kawasan gunung kapur," ujar Bupati Kediri dan menambahkan sudah beberapa kali dicoba pembuatan sumur bor, namun tidak juga muncul air. Areal pertanian yang mencapai ratusan hektare di kaki dan lereng Gunung Wilis, menurut Sutrisno, selama ini sawah tadah hujan. Hal yang sama diungkapkan Sekda Blitar Ir Bachtiar S yang menyebutkan, di musim kemarau sekarang ini kondisi beberapa kecamatan di sisi selatan jalur jalan raya utama Malang-Blitar-Tulungagung dilanda kekeringan. ''Kawasan Blitar Selatan merupakan daerah pegunungan gersang yang setiap musim kemarau mengalami kekeringan," ujarnya. Menurut laporan sementara, Senin, sudah 53 hektare tanaman padi di kawasan Blitar Selatan dinyatakan rusak akibat kekeringan. ''Kita sudah memberikan anjuran kepada para petani untuk mengubah pola tanam sebagaimana saran dari Perum Jasa Tirta Jatim di Malang," tambahnya. Sebelumnya, Direktur Teknik Perum Jasa Tirta-I Jatim Ir Soekistijono Dipl HE mengatakan, memasuki masa tanam pada musim kemarau kali ini para pimpinan kepala daerah di seluruh Jatim diharapkan segera menyosialisasikan agar pertani mengubah pola tanam. Langkah tersebut harus ditempuh mengingat faktor debit air sungai dan waduk pada musim kemarau tahun ini akan menyusut relatif drastis, yakni berkisar 10-15 persen dibanding musim kering tahun lalu. (ADR/029/070) Post Date : 21 Juni 2005 |