|
GUNUNGKIDUL (Media): Kekeringan di wilayah Kabupaten Gunungkidul semakin meluas. Sampai awal Juni ini, setidaknya 85% dari 262 telaga yang ada di wilayah itu sudah mengering. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul rencananya baru mengedrop air kepada warga mulai Rabu (08/06). Sudadi, warga Karangasem, Paliyan, mengatakan sudah lebih dari dua minggu warga memperoleh air bersih dengan cara membeli pada penjual air swasta. Menurut dia, di wilayahnya harga air relatif lebih murah, yakni sekitar Rp45.000 per tangki dengan kapasitas 5.000 liter. Namun, untuk wilayah kecamatan lainnya seperti Tepus, Rongkop, Gedangsari, dan Saptosari, harga air lebih mahal. Camat Saptosari Cahyadi Sunaryo mengemukakan sejak air telaga mengering, warga terpaksa membeli air dari pihak swasta. Untuk membeli satu truk tangki isi 5.000 liter air, kata Cahyadi, warga Saptosari harus mengeluarkan uang minimal Rp80 ribu. Sedangkan di dusun yang letaknya lebih sulit, kata dia, harganya mencapai Rp100 ribu per tangki. Ditambahkan, di Saptosari terdapat 15 telaga. Dari jumlah itu, katanya, 12 di antaranya sudah kering. Sedangkan tiga telaga yang tersisa masih mengeluarkan air yang keruh dan tidak layak untuk dikonsumsi manusia. Ketua Satgas Penanggulangan Kekeringan Kabupaten Gunungkidul Basuki Rochim mengatakan, saat ini 13 kecamatan di Gunungkidul dari keseluruhan 18 kecamatan, sudah mengalami kekeringan. "Telaga-telaga yang selama ini menjadi andalan warga sebagai sumber air tinggal sekitar 15% saja yang bisa dimanfaatkan," katanya. Masalah kesulitan air bersih di Wonogiri selatan, Solo, pada setiap musim kering menjadi pusat perhatian Yayasan Mega-Bintang untuk mengulurkan bantuan. Menurut Mudrick SM Sangidu, tokoh sentral Mega-Bintang, setiap musim kering, setidaknya 66.974 jiwa (14.901 keluarga) yang tersebar di 167 dusun di lima wilayah kecamatan mengalami rawan air bersih. "Untuk membantu semuanya kami tidak sanggup. Untuk itu, tahun lalu, selain membantu dropping air, kami berhasil mengangkat sumber air Gua Kutoh di Desa Song Bledek, Kecamatan Paranggupito, untuk dipergunakan ribuan jiwa warga yang tinggal di Paranggupito," tegas Mudrick kepada Media di sela-sela mempersiapkan kantor Mega Bintang yang berdiri di depan RS Kustati Solo. Dari Indramayu, air laut di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Jabar), mengalami pasang setinggi satu sampai dua meter hingga nyaris sejajar dengan permukaan Sungai Cimanuk. Kondisi ini dikeluhkan para petani di empat desa di Kecamatan Sindang, Indramayu. Karena, air sungai bercampur garam dan sangat tidak baik untuk tanaman padi. Keterangan yang dihimpun Media kemarin, air laut pasang terjadi di Desa Rambatan Wetan, Pencuk, Patingkiran Lor, dan Desa Lamarantarung, Kecamatan Sidang, Kabupaten Indramayu. "Air sungai yang sudah bercampur garam dari laut tidak baik untuk tanaman padi. Jika ini berlangsung lama, kemungkinan petani bisa gagal panen nantinya," kata petani Desa Pencuk, Sarwan, 45. (AU/WJ/SR/N-2) Post Date : 07 Juni 2005 |