|
GUNUNGKIDUL- Kekeringan di Kabupaten Gunungkidul semakin meluas. Tercatat tujuh kecamatan mengalami kekeringan cukup parah. Dari tujuh kecamatan yang kondisinya memprihatinkan, antara lain di Kecamatan Panggang, Saptosari, Tanjungsari, Tepus, dan Rongkop. Dua di antaranya Kecamatan Girisobo dan Semanu tidak begitu parah. Sebab sejumlah telaga yang ada di tempat itu masih berair dan bisa dimanfaatkan. Sejak awal Juni, paling tidak 85% dari 262 telaga yang ada di wilayah itu kondisinya sudah memprihatinkan karena tak berair. Sementara, Pemkab Gunungkidul baru akan melakukan pengedropan air ke masyarakat yang membutuhkan mulai hari ini. Warga Desa Panggang, Sukarto mengatakan, sejak dua minggu lalu warga desanya memperoleh air bersih dengan cara membeli pada penjual air, karena telaga di daerahnya mengering. ''Setiap tangki berkapasitas 6.000 liter, kami harus membayar Rp 60.000,'' katanya. Begitu juga yang dialami Sudadi, warga Karangasem, Paliyan, sejak beberapa hari lalu dia bersama warga lain harus membeli air bersih. Namun harga air relatif lebih murah, yakni sekitar Rp 45.000 per tangki dengan kapasitas 5.000 liter. Secara terpisah Camat Saptosari, Cahyadi Sunaryo mengemukakan, menghadapi masa kekurangan air bersih itu warga sudah mengalami penurunan daya beli. Hal tersebut disebabkan hasil panen tahun ini tidak seperti yang diharapkan. Sementara kebutuhan hidup melambung tinggi. ''Harga air terus naik, sementara daya beli masyarakat menurun. Banyak warga yang mengajukan permintaan untuk memperoleh pengedropan air bersih dari Pemkab Gunungkidul, dan permintaan itu sudah kami teruskan ke kabupaten,'' ungkapnya. Membeli Air Sejak air telaga mengering, warga terpaksa membeli air dari pihak swasta. Untuk membeli satu truk tangki isi 5.000 liter air, kata Cahyadi, warga Saptosari harus mengeluarkan uang minimal Rp 60.000-Rp 80.000. Di dusun yang letaknya lebih sulit, ujarnya, harganya Rp 100.000 per tangki. Di Saptosari terdapat 15 telaga. Dari jumlah itu, 12 di antaranya kering kerontang. Tiga telaga yang tersisa masih mengeluarkan air, tetapi keruh dan tidak layak untuk dikonsumsi warga. Ketua Satgas Penanggulangan Kekeringan Kabupaten Gunungkidul Basuki Rochim menuturkan, saat ini 13 kecamatan di Gunungkidul dari keseluruhan 18 kecamatan, mengalami kekeringan. ''Telaga-telaga yang selama ini menjadi andalan warga sebagai sumber air, tinggal sekitar 15% yang bisa dimanfaatkan,'' keluhnya. Kepala Bidang Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Pemda Gunungkidul, I Ketut Santoso SE MSi mengatakan, permintaan warga untuk dilakukan pengedropan air memang sudah banyak. ''Untuk mengatasi kekeringan kali ini, Pemda menganggarkan Rp 500 juta untuk pengedropan air,'' katanya. Kepala Bidang Pengairan Dinas Kimpraswil Provinsi DIY Ir Joko Sasongko MM, mengakui angka korban kekeringan di Gunungkidul jumlahnya meningkat.(Sgt-39s) Post Date : 08 Juni 2005 |