|
SEMARANG - Empat kabupaten/kota di wilayah Kedungsapur pada prinsipnya menyetujui rencana Pemkot mengajak kerja sama dalam penanganan sampah yang dipusatkan di TPA Jatibarang. Namun, mereka menghadapi persoalan mekanisme pengangkutan sampah itu dari daerah ke Kota Semarang. Karena itu, mereka menunggu studi kelayakan yang akan dilakukan pihak terkait. Dengan demikian, setiap kabupaten dapat mengetahui layak tidaknya mereka ikut pada proyek kerja sama itu. Empat kabupaten/kota itu yakni Grobogan, Ungaran, Demak, dan Salatiga, menyatakan masalah pengangkutan sampah menjadi persoalan utama. Mengingat, biayanya kemungkinan lebih besar dibandingkan sampah tersebut diolah sendiri. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pemkab Grobogan, Ir Ahmadi Widodo MT mengatakan, pihaknya tidak keberatan apabila sampah di wilayahnya dibawa ke Semarang. Namun, persoalannya adalah pembiayaan yang diperkirakan butuh dana operasional tinggi. Apalagi jarak tempuh Purwodadi-Semarang jauh, sekitar 64 km. Belum lagi, bila sampahnya diambil dari Kecamatan Wirosari ataupun Gabus, tentunya jaraknya semakin jauh. Kondisi jalan berlubang dan bergelombang menjadi pertimbangan tersendiri bagi dinas itu, apakah pengangkutan itu menguntungkan. ''Dengan jumlah sampah yang dihasilkan 142 ton/ hari, diperkirakan kami harus mengirim 17 rit ke Semarang. Rasanya, rencana itu sulit dilaksanakan, kecuali apabila pembiayaannya cucuk (menguntungkan-Red),'' kata Ahmadi Widodo di kantornya, Jumat (16/12). Setiap hari, lanjut dia, biaya pembelian bahan bakar minyak (BBM) mencapai ratusan ribu rupiah. Belum lagi, operasional tukang sapu, tukang becak, upah sopir dan lainnya. Perkiraan dana yang dibutuhkan itu, Ahmadi Widodo belum bisa menyampaikannya. Sebab, memerlukan penghitungan yang matang. Tunggu Studi Kabid Kebersihan dan Pertamanan DPU Kabupaten Ungaran, Drajat Wiboso juga setuju apabila sampah disentralkan di Semarang dan pengolahannya menggunakan mesin teknologi modern. Namun seperti Grobogan, Ungaran juga menghadapi kendala pengangkutan sampah 200 ton/hari ke TPA Jatibarang. Mekanisme pengiriman menjadi kendala utama karena sampah tersebar di 16 kecamatan, sehingga memerlukan perhitungan matang. ''Untuk itu, kami menunggu studi kelayakan yang akan dilakukan tim dari TPA Jatibarang. Apakah keikutsertaan Ungaran dalam proyek itu menguntungkan atau tidak,'' katanya. Kepala Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Salatiga, Drs Ady Suprapto MSi yang juga mengurusi pengelolaan sampah, menyambut baik rencana pembangunan pabrik pengolah sampah di TPA Jatibarang yang bakal menampung sampah dari Salatiga. Namun, biaya transportasi dari Salatiga menuju ke TPA Jatibarang menjadi kendala pengiriman sampah itu. ''Biaya transportasi sampah ke Jatibarang menjadi masalah tersendiri. Kecuali mereka mau menanggungnya,'' terang Ady. Kabag Inkom Pemkab Demak Ir Heru Budiyono didampingi Kasi Penyehatan Lingkungan Kimpraswil Demak Budiharjo mengatakan, tidak ada persoalan soal pengiriman sampah sekitar 200 - 2.500 ton per hari ke pabrik pengolahan sampah di TPA Jatibarang Semarang. Sebab Demak termasuk daerah yang siap memasok sampah, namun masih perlu menghitung biaya untuk pengirimannya. Selama ini alokasi anggaran terbatas untuk pengambilan sampah dari lokasi ke TPA di Demak, sedang di APBD 2006, belum diketahui apa ada tambahan untuk dana pengiriman sampah sampai ke Semarang. ''Setiap hari, kami melakukan pengangkutan sampah dua kali, pagi dan siang hari. Itu saja biayanya relatif besar,'' terang Budiharjo. (H3,H14,H2,H1-56d) Post Date : 17 Desember 2005 |