|
GROBOGAN - Pintu Waduk Kedungombo di Desa Rambat, Kecamatan Geyer, Grobogan, sudah ditutup sejak 15 Juli lalu. Namun, bendung penampungan dari air waduk itu diupayakan tetap melayani kebutuhan air minum, pertanian tanaman pangan, dan lainnya ke Purwodadi, Pati, Demak, Kudus, dan sekitarnya. Hal itu supaya petani ataupun Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) masih bisa memanfaatkan air untuk kepentingan usaha. ''Gentong-gentong air di beberapa bendung itu cukup untuk memenuhi kebutuhan PDAM dan petani untuk ngocor,'' kata Darjan (41), anggota perkumpulan petani pemakai air (P3A) Toroh, kemarin. Dia mengatakan, kebutuhan petani ataupun air minum tak dapat dilayani Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Kudus, yang berwenang mendistribusikan air Kedungombo secara maksimal. Sebab, beberapa saluran irigasi dari sejumlah bendung mulai dikeringkan untuk perbaikan saluran dan tanggul yang rusak. Namun, mulai 1 Agustus, semua saluran irigasi dalam satu jaringan Waduk Kedungombo betul-betul dikeringkan, sehingga petani tak dapat memanfaatkan air irigasi untuk mengairi tanaman. Bulan Agustus rencananya air Kedungombo, yang ditampung di Waduk Sidorejo, Geyer, hanya akan digunakan untuk melayani kebutuhan PDAM melalui Sungai Serang dan Lusi. Petani di Sukorejo, Toroh, mengatakan, saluran pembuangan dari irigasi Sidorejo di Sukorejo dan sekitarnya mulai mengering. Sebab, debit air dari bendung yang dialirkan melalui saluran irigasi tersebut dikurangi dari 400 liter/detik menjadi 300 liter/detik. Hal itu dilakukan, karena di saluran induk Sidorejo mulai diperbaiki. Selain itu, saluran irigasi di daerah Bendung Sedadi Penawangan dan Klambu Kiri di Pengantin Klambu juga mulai dikeringkan, sebab Jratunseluna Semarang mulai memperbaiki saluran. Pengurangan air tidak menyebabkan petani di Toroh kekurangan air untuk ngocor tanaman jagung. Sebab, mereka masih dapat menyedot air dari saluran, meskipun tidak maksimal. Yang pasti, menurut mereka, air untuk ngocor jagung masih bisa dicari. Hal itu berbeda dengan di daerah yang jauh dari irigasi teknis, seperti Pulokulon, Kradenan, Wirosari, Ngaringan, Grobogan, dan sekitarnya. ''Saya dengar, tanaman jagung di beberapa daerah itu memang tumbuh baik, tetapi pertumbuhannya sampai panen nanti dikhawatirkan terganggu. Sebab, air untuk ngocor sulit didapat,'' katanya. Kondisi tersebut berbeda dengan di Toroh dan Purwodadi. Umumnya, sawah yang baru saja ditanami padi masih basah. Bahkan, sebelum ditanami jagung sempat dibasahi dahulu dengan air irigasi, sehingga sampai tanaman umur tua diperkirakan tak bakal kekurangan air. Kepala Balai PSDA Kudus, Agus Purwadi, membenarkan, mulai 15 Juli lalu, pintu air Waduk Kedungombo ditutup. Namun, pintu Bendung Sidorejo di Geyer, Sedadi Penawangan, dan Klambu di Pengantin Klambu, yang menampung air dari waduk itu, masih mampu digunakan untuk melayani kebutuhan petani dan PDAM. (A23-37h) Post Date : 27 Juli 2006 |